WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ledakan demi ledakan mengguncang Timur Tengah saat Israel dan Iran terus terlibat dalam saling serang mematikan.
Dunia menyaksikan dengan cemas ketika dua kekuatan regional itu menyeret kawasan menuju jurang konflik yang lebih luas.
Baca Juga:
Tak Jera Dihajar Iran, Israel Kembali Umbar Nyali Ingin Habisi Khamenei
Ketegangan melonjak ke titik kritis setelah masing-masing pihak melancarkan serangan balasan yang menyasar infrastruktur vital dan kawasan pemukiman.
Israel dan Iran kembali terlibat dalam pertukaran serangan besar-besaran pada Minggu (15/6/2025), dini hari. Rudal-rudal kembali meluncur di tengah malam, menghantam kawasan padat penduduk dan menimbulkan korban jiwa.
Serangan ini menambah intensitas kampanye militer Israel yang diperluas hingga ke ladang gas terbesar di dunia, memperdalam kekhawatiran akan eskalasi regional.
Baca Juga:
Perang 12 Hari: Iran Naik Kelas, Malah Israel yang Lemas
Di Rishon LeZion, pinggiran kota yang biasanya tenang di selatan Tel Aviv, kehancuran menyelimuti lingkungan.
Atap-atap rumah runtuh, kaca pecah berserakan di jalanan, dan lebih dari 30 mobil hancur akibat hantaman rudal Iran yang datang sekitar pukul 05.00 pagi waktu setempat.
Serangan ini merupakan bagian dari enam gelombang rudal yang diluncurkan Iran dalam semalam sebagai respons atas gempuran udara besar-besaran Israel ke wilayah mereka.
Warga sipil terpaksa berlari ke tempat perlindungan, sementara ambulans dan tim SAR tiba untuk menyisir puing-puing dengan bantuan anjing pelacak, khawatir masih ada amunisi aktif tertimbun reruntuhan.
Tiga orang dilaporkan tewas akibat serangan tersebut, dua di Rishon LeZion dan satu lagi di Ramat Gan.
Sebanyak 76 orang mengalami luka-luka, meski skala kerusakan di Israel dianggap lebih ringan dibanding kehancuran yang menimpa Iran.
Di tempat lain, sirene serangan udara meraung di Yerusalem dan Tel Aviv saat rudal-rudal kembali mengudara.
Ledakan terdengar di kedua kota, sementara sistem pertahanan Israel meluncurkan roket pencegat untuk menangkal hantaman.
Menurut laporan, tiga wanita tewas dan sepuluh lainnya terluka ketika rudal menghantam rumah di Israel utara, tepatnya di Tamra, sebuah kota yang sebagian besar warganya keturunan Palestina.
Iran mengklaim Israel menyerang depot minyak Shahran dan kilang minyak dekat Teheran.
Gedung Kementerian Pertahanan Iran juga dilaporkan terkena serangan meski hanya mengalami kerusakan ringan.
IRGC Iran menegaskan rudal dan drone mereka ditujukan ke infrastruktur energi Israel, termasuk fasilitas produksi bahan bakar jet tempur, dan memperingatkan bahwa "serangan berikutnya akan lebih dahsyat" jika Israel tak menghentikan agresinya.
Operasi militer Israel yang dijuluki “Operasi Singa Berani” dimulai pada Jumat (13/6/2025), dengan menargetkan komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.
Serangan ini kemudian meluas hingga menghancurkan fasilitas nuklir, sistem pertahanan udara, pangkalan militer, bandara, dan lokasi strategis lainnya.
PBB melaporkan bahwa hingga Jumat malam, serangan Israel telah menewaskan 78 orang. Keesokan harinya, otoritas kesehatan Iran mencatat lebih dari 800 korban luka.
Televisi pemerintah Iran menyebutkan 60 orang tewas di Teheran akibat serangan terhadap blok apartemen, termasuk 20 anak-anak.
Iran membalas dengan rudal yang menewaskan tiga warga Israel pada Jumat malam.
Sementara itu, PM Israel Benjamin Netanyahu menyerukan warga Iran untuk bangkit melawan para pemimpin spiritual mereka.
B’Tselem, lembaga HAM terkemuka di Israel, mengecam kebijakan pemerintahnya yang dianggap lebih memilih jalan perang ketimbang diplomasi.
Iran pun mengingatkan bahwa jika sekutu Israel membantu menjatuhkan rudalnya, maka pangkalan militer mereka di kawasan juga akan diserang.
Kendati demikian, daya pukul Teheran saat ini dipertanyakan, terutama setelah kekuatan utama mereka di kawasan seperti Hamas dan Hizbullah melemah akibat konflik sebelumnya di Gaza dan Lebanon.
Israel menilai program nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial dan berupaya mencegah pengembangan senjata nuklir. Iran bersikukuh program mereka murni untuk tujuan sipil.
Namun, pengawas nuklir PBB menyatakan bahwa Iran melanggar perjanjian nonproliferasi global.
Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran soal potensi serangan yang lebih buruk, namun mengatakan perang bisa dihindari jika Teheran bersedia mengurangi ambisi nuklirnya.
Sayangnya, rencana perundingan AS-Iran di Oman batal karena Iran menilai tidak mungkin berdialog di tengah gempuran Israel yang mereka sebut "biadab".
Untuk pertama kalinya sejak konflik dimulai, Israel menyerang infrastruktur energi strategis Iran di ladang gas South Pars, sumber utama gas negara itu.
Akibatnya, produksi gas dihentikan sebagian. Ketegangan ini turut mengerek harga minyak dunia hingga naik 9 persen, meski Israel sendiri bukan pemasok utama energi global.
Militer Iran kini mempertimbangkan opsi ekstrem, menutup Selat Hormuz, jalur vital perdagangan minyak dunia.
Jika itu terjadi, dampaknya bisa mengguncang ekonomi global.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]