WahanaNews.co, Jakarta - Rusia pada Jumat (06/10/23) mengindikasikan bahwa pihaknya bergerak cepat menuju pencabutan ratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir setelah Presiden Vladimir Putin mengemukakan kemungkinan untuk melanjutkan uji coba nuklir.
Dimulainya kembali uji coba nuklir oleh Rusia, Amerika Serikat atau keduanya akan sangat mengganggu stabilitas saat ketegangan antara kedua negara meningkat dibandingkan sebelumnya sejak Krisis Rudal Kuba pada 1962.
Baca Juga:
Bashar Al Assad Tinggalkan Suriah, Rusia Beri Suaka demi Stabilitas Regional
Putin pada Kamis mengatakan doktrin nuklir Rusia tidak perlu diperbarui tetapi dia belum siap untuk mengatakan apakah Rusia perlu melanjutkan uji coba nuklirnya atau tidak.
Pemimpin Kremlin itu mengatakan bahwa Rusia harus mempertimbangkan pencabutan ratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (CTBT) karena Amerika Serikat telah menandatanganinya tetapi belum meratifikasinya.
Hanya beberapa jam setelah perkataan Putin, ketua parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin, mengatakan bahwa pimpinan badan legislatif akan segera mempertimbangkan perlunya mencabut ratifikasi Rusia atas perjanjian tersebut.
Baca Juga:
Rusia: Tiga Tewas dan 120 Lebih Terluka Akibat Serangan Rudal Ukraina
"Situasi di dunia telah berubah. Washington dan Brussels telah melancarkan perang melawan negara kita," kata ketua parlemen Volodin.
"Pada rapat Dewan Duma Negara berikutnya, kami pasti akan membahas masalah pencabutan ratifikasi Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir," lanjut Volodin.
Pernyataan Putin, yang diikuti oleh pernyataan Volodin, menunjukkan bahwa Rusia hampir pasti akan mencabut ratifikasi perjanjian tersebut, yang melarang ledakan nuklir oleh pihak mana pun dan di mana pun.