WahanaNews.co | Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengungkapkan Jalur Gaza kini telah berubah menjadi ‘kuburan bagi anak-anak’ lantaran konflik Israel-Hamas yang terus berlanjut.
Antonio mendesak agar gencatan senjata segera dilakukan.
Baca Juga:
Perkumpulan Tahanan Palestina: 61 Jurnalis Ditahan di Penjara Israel Sejak Agresi
"Bencana yang sedang terjadi membuat perlunya gencatan senjata kemanusiaan menjadi semakin mendesak seiring berjalannya waktu," kata Guterres kepada awak media di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, Senin (7/11/2023).
Mengutip dari TOI, Selasa, 7 November 2023, Duta Besar Israel untuk PBB Gilard Erdan mendesak Guterres untuk mengundurkan diri karena tidak menyerukan kelompok pejuang Hamas untuk menyerah.
Menteri Luar Negeri Israel juga mengecam Sekjen PBB karena tidak menyebut Hamas sebagai akar masalah di wilayah pesisir Palestina.
Israel menyerang Gaza untuk menghancurkan Hamas, setelah kelompok tersebut melakukan serangan besar-besaran di Israel selatan bulan lalu, menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
Selain itu, lebih dari 240 orang diculik Hamas dari Israel dan ditawan di Gaza.
Hamas, yang menguasai Gaza, mengeklaim bahwa lebih dari 10.000 orang, termasuk ribuan anak di bawah umur, telah tewas dalam serangan Israel, namun angka tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Israel mengatakan mereka menyerang infrastruktur Hamas dengan berusaha menghindari korban sipil.
Mereka menuduh Hamas menggunakan penduduk sipil sebagai tameng manusia.
"Pihak-pihak yang berkonflik dan, tentu saja, komunitas internasional menghadapi tanggung jawab langsung dan mendasar: menghentikan penderitaan kolektif yang tidak manusiawi ini dan secara dramatis memperluas bantuan kemanusiaan ke Gaza," ujar Guterres.
"Mimpi buruk di Gaza lebih dari sekedar krisis kemanusiaan. Ini adalah krisis kemanusiaan," imbuhnya.
Erdan mengatakan bahwa Guterres memiliki “moral buruk” karena tidak terus-menerus menyerukan Hamas untuk menyerah dan membebaskan sedikitnya 240 sandera yang disandera oleh kelompok pejuang tersebut.
Dengan gagal melakukan hal itu, tulis Erdan di X, Guterres "telah kehilangan pedoman moralnya dan tidak boleh bertahan satu menit pun di posisinya."
"Setiap perwakilan PBB yang membuat perbandingan moral yang salah antara organisasi yang melakukan kejahatan perang, dan negara demokrasi yang taat hukum, membuktikan dirinya memiliki moral buruk dan harus segera mengundurkan diri dari jabatannya," tutup dia.