Neil Thomas dari Asia Society Policy Institute menilai langkah Xi menyingkirkan kader yang dianggap tidak loyal atau terlibat korupsi merupakan bagian dari strategi memperpanjang umur kekuasaan partai tanpa batas waktu dengan cara memastikan struktur organisasi bersih sekaligus patuh.
Namun ia menegaskan ada risiko lain yang menyertai, “Pembersihan semacam ini bisa memperlambat inisiatif dan membuat sistem pemerintahan menjadi lebih kaku,” ujarnya dalam analisisnya.
Baca Juga:
Ngeri! Warga Korea Utara Ditembak Mati Gegara Nonton Film Asing
“Itulah harga yang harus dibayar oleh kekuasaan Xi, sistem menjadi lebih bersih dan patuh, tetapi juga lebih berhati-hati, bahkan terkadang rapuh,” lanjutnya, menggambarkan dilema antara kontrol absolut dan fleksibilitas politik.
Kini seluruh mata pengamat politik China tertuju pada sidang pleno mendatang, sebab jumlah peserta aktif dan figur yang hadir akan menjadi indikator paling jelas seberapa jauh pembersihan ini telah mengubah peta kekuasaan internal Partai Komunis.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.