WahanaNews.co | Kegagahan drone Bayraktar TB2 sudah tak perlu diragukan lagi. Drone serang ini jadi primadona bagi Ukraina dalam menghadapi Rusia.
Sistem tak berawak ini menarik perhatian dunia, di mana telah berhasil menghancurkan artileri dan kendaraan lapis baja Rusia yang terkenal kuat.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
"Serangan drone TB2 tentara Ukraina telah memberikan kerusakan serius kepada pertahanan Rusia," kata Arda Mevlütoğlu, analis militer dan kedirgantaraan Turki.
Bahkan TB2 juga sangat berperan berkontribusi menenggelamkan salah satu kapal perang paling ikonis Rusia, Moskva.
Dikutip dari laporan The Guardian, dikatakan bahwa kapal Moskva tenggelam di Laut Hitam pada pertengahan April lalu.
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Diketahui bahwa kapal besar ini mendapatkan perlawanan sengit dari pasukan pesisir pantai Ukraina.
Tentara Kyiv membanjiri Moskva dengan rudal Neptunus, dan drone Bayraktar datang untuk mengecoh sistem pertahanan kapal itu.
"Rudal Neptunus yang menjaga Laut Hitam menyebabkan kerusakan yang sangat serius," kata Maksym Marchenko, Gubernur Odessa.
"Kerusakan pada lambung kapal sangat parah akibat dari kebakaran setelah menerima serangan rudal, ditambah dengan kondisi badai di lautan," tambahnya.
Baykar menyumbang 3 drone Bayraktar TB2 ke Ukraina
Sebagai perusahaan pengembang, Baykar mengumumkan bahwa mereka akan menyumbangkan tiga Bayraktar TB2 ke Ukraina.
Alasannya? Kembali di 22 Juni, di mana yayasan amal dari pemain sandiwara dan sukarelawan Ukraina Serhiy Prytula mulai mengumpulkan dana.
Dana itu dipercaya untuk membeli drone dan akan dikirim ke Angkatan Bersenjata Ukraina, Zona Jakarta mengutip Defence View.
Dan hanya dalam tiga hari, dana yang terkumpul terhitung mencapai 600 juta hryvnia.
Melihat kegigihan warga Ukraina, Baykar memutuskan untuk memberikan drone mereka secara gratis.
"Sebagai imbalannya, kami meminta agar dana yang sudah terkumpul digunakan untuk membantu rakyat Ukraina dalam perjuangan mereka," terang perusahaan.
"Kami tersentuh atas solidaritas dan tekad warga di sana dalam menghadapi tantangan yang sangat berat ini," tambahnya.
Alasan lainnya adalah melihat kejadian sebelum ini, di mana Baykar melihat warga Lituania yang dengan sukarela mengumpulkan uang untuk membantu Ukraina.
Menteri Pertahanan Lithuania mencatat bahwa amunisi yang diperlukan untuk Bayraktar akan dibeli dengan uang yang terkumpul, sisa dana juga akan digunakan untuk mendukung Ukraina.
Penggagas sumbangan dana ini dimulai oleh jurnalis yang bernama Andrius Tapinas, dana yang terkumpul sebesar 5 juta Euro yang dilakukan dalam waktu tiga hari.
Keberhasilan dari drone serang Bayraktar TB2 mungkin mulai berkurang saat pertempuran bergeser ke wilayah Donbass.
Militer Rusia mengerahkan sistem pertahanan udaranya dan dikatakan juga mempelajari taktik dari drone buatan Turki itu, Defence View melaporkan.
Sistem tanpa awal ini telah mendominasi medan perang berulang kali sejak awal perang awal Februari lalu.
Rusia berupaya mencari cara menghentikan TB2 ini, dan pada akhirnya menemukan 'resep' untuk memotong sayap drone tersebut.
Dengan cara apa?
Rusia mengerahkan lebih banyak sistem rudal permukaan-ke-udara dari S-300 dan S-400 di Luhansk dan Donetsk, mengutip Defence View.
Seorang pilot pesawat tempur Ukraina ikut berkomentar akan Bayraktar TB2 yang bertemu pertahanan udara Rusia.
"Mereka (TB2) sangat berguna dan penting pada hari-hari pertama pertempuran, menghentikan tank serta artileri Rusia. Tapi sekarang Kremlin telah membangun pertahanan udara yang solid, dan drone kami hampir tidak berguna," kata pilot itu.
Dan drone Bayraktar TB2 hanya dikerahkan untuk operasi khusus dan misi serangan yang langka.
Sekarang, wilayah jelajah drone ini sangat terbatas mengingat serbuan dari rudal pertahanan udara Rusia, TB2 tidak bisa lagi melakukan perannya, yaitu patroli.
Seorang profesor di Akademi Militer Amerika Serikat di Departemen Teknik Sistem, Vikram Mittal mengatakan kepada Forbes.
"Rusia pertama kali menembak jatuh TB2 pada pertengahan Maret, mereka memiliki banyak waktu untuk mempelajarinya, seperti mengidentifikasi frekuensi transmisi dan tanda elektromagnetik lainnya. Dengan itu, Rusia dapat lebih efektif mendeteksi dan menargetkan drone. Selain itu, Rusia juga berpotensi mengganggu sinyal kontrol ke drone," terang Vikram Mittal. [qnt]