Kementerian Luar Negeri Iran pun bereaksi keras. Dalam pernyataannya, mereka menyebut serangan di Ras Issa sebagai tindakan “biadab” dan menyebut AS sebagai “komplotan dan mitra dalam kejahatan Israel.”
Trump Dorong Tekanan, Serangan Darat Mengintai
Baca Juga:
Bamsoet Ajak Sejawat Alumni Lemhannas Perkuat Ketahanan Nasional Hadapi Dinamika Geopolitik Global
Serangan-serangan udara oleh AS dimulai setelah Donald Trump kembali menjabat pada Januari dan langsung menetapkan Houthi sebagai organisasi teroris asing.
Dua bulan kemudian, serangan udara diluncurkan untuk menghentikan serangan Houthi terhadap kapal dagang dan kapal perang di Laut Merah, serta serangan rudal ke wilayah Israel.
Namun hingga kini, serangan-serangan itu belum berhasil sepenuhnya menghentikan perlawanan Houthi.
Baca Juga:
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Tegaskan Tidak Ada Penyelesaian dengan Amerika
Situasi ini membuat Washington kini mempertimbangkan dukungan untuk ofensif darat yang dipimpin oleh pasukan Yaman anti-Houthi, dengan dukungan negara-negara Teluk.
Menurut laporan Bloomberg, target utama dari kemungkinan serangan darat tersebut adalah untuk merebut kembali kota pelabuhan Hodeida, dan bahkan mungkin ibu kota Yaman, Sanaa.
Konflik Panjang dan Dukungan Iran