Analis pertahanan dari Moskow, Andrei Smirnov, menilai bahwa senjata laser dapat menjadi game changer dalam perang modern, mengingat efektivitasnya yang tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan sistem rudal konvensional.
“Senjata laser memiliki potensi besar dalam peperangan asimetris. Dibandingkan sistem pertahanan udara berbasis rudal, laser jauh lebih ekonomis dan dapat digunakan berulang kali tanpa biaya amunisi yang besar,” ujar Smirnov.
Baca Juga:
Pidato Strategis Prabowo di SPIEF Rusia: Seruan Kedaulatan Pangan hingga Energi Bersih
Sementara itu, beberapa pihak masih meragukan efektivitasnya di medan perang yang sebenarnya.
Pengamat militer dari Inggris, Mark Evans, menyatakan bahwa meskipun laser terdengar menjanjikan, masih ada tantangan teknis yang harus diatasi, termasuk efisiensi daya dan keandalan dalam kondisi cuaca buruk.
“Senjata laser sangat menjanjikan, tetapi masih perlu pembuktian lebih lanjut. Faktor seperti kabut, hujan, atau kondisi atmosfer tertentu bisa mengurangi efektivitasnya secara signifikan,” kata Evans.
Baca Juga:
Koalisi Timur Bangkit, Putin dan Xi Beri Peringatan Keras ke AS Soal Konflik Israel-Iran
Sejumlah negara lain, termasuk Amerika Serikat dan China, juga tengah mengembangkan teknologi serupa untuk menghadapi ancaman drone yang semakin banyak digunakan dalam pertempuran modern.
Penggunaan drone dalam konflik seperti di Ukraina dan Timur Tengah telah membuktikan bahwa UAV bisa menjadi senjata yang efektif dan murah, sehingga perlindungan terhadapnya menjadi prioritas bagi banyak negara.
Dengan kemajuan teknologi ini, dunia mungkin akan segera menyaksikan babak baru dalam peperangan udara, di mana sistem pertahanan berbasis laser menjadi solusi utama dalam menangkal serangan drone.