“[Seperti] pada tahun 2019, ketika saluran perairan Hormuz menjadi lokasi ledakan dan serangan yang berbeda,” katanya.
“Ada kepentingan yang melekat bagi China untuk mencoba dan menggunakan pengaruh yang mereka miliki terhadap Teheran dan Riyadh untuk melakukan beberapa upaya untuk menyeimbangkan hubungan ini dan menyelesaikan apa yang sebenarnya telah dimulai oleh Irak dan Oman.”
Baca Juga:
Pemprov Sulawesi Utara Terus Dorong Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Wilayahnya
China, yang baru-baru ini menjamu Presiden Iran Ebrahim Raisi, juga merupakan pembeli utama minyak Saudi.
Presiden Xi Jinping, yang baru saja diberikan masa jabatan presiden periode ketiga pada hari Jumat, mengunjungi Riyadh pada bulan Desember lalu untuk menghadiri pertemuan dengan negara-negara Teluk Arab yang kaya minyak yang penting untuk pasokan energi China.
Sementara itu, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan Amerika Serikat mengetahui laporan bahwa Iran dan Arab Saudi telah melanjutkan hubungan diplomatik, tetapi merujuk rincian lebih lanjut ke Arab Saudi.
Baca Juga:
Jelang Tenggat TikTok Kena Banned 5 April, Trump Buka Suara
“Secara umum, kami menyambut setiap upaya untuk membantu mengakhiri perang di Yaman dan mengurangi ketegangan di kawasan Timur Tengah. De-eskalasi dan diplomasi bersama dengan pencegahan adalah pilar utama kebijakan yang digariskan Presiden [Joe] Biden selama kunjungannya ke kawasan itu tahun lalu,” kata Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih melalui juru bicaranya kepada Reuters. [afs/eta]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.