Pernyataan itu juga mengatakan bahwa Riyadh dan Teheran telah sepakat untuk mengaktifkan perjanjian kerja sama keamanan yang ditandatangani pada tahun 2001.
Kantor berita IRNA, mengutip Shamkhani, menyebut pembicaraan di Beijing jelas, transparan, komprehensif dan konstruktif.
Baca Juga:
Holding BUMN Pangan Tingkatkan Nilai Tambah Produk Perikanan dan Kelautan
“Menghapus kesalahpahaman dan pandangan berorientasi masa depan dalam hubungan antara Teheran dan Riyadh pasti akan mengarah pada peningkatan stabilitas dan keamanan regional, serta meningkatkan kerja sama antara negara-negara Teluk Persia dan dunia Islam untuk mengelola tantangan saat ini,” kata Shamkhani.
Riwayat Permusuhan Iran-Arab Saudi
Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada Januari 2016 setelah pengunjuk rasa menyerbu pos-pos diplomatik Saudi di Teheran.
Baca Juga:
Angka Pengangguran Melonjak, Judi Lotree Booming di Kalangan Anak Muda China
Serangan itu sebagai respons kemarahan setelah Arab Saudi mengeksekusi seorang ulama Muslim Syiah terkemuka, Nimr al-Nimr, atas tuduhan terlibat terorisme.
Iran yang mayoritas Muslim Syiah dan Arab Saudi yang mayoritas Muslim Sunni mendukung pihak-pihak yang berseteru di beberapa zona konflik di Timur Tengah, termasuk di Yaman di mana pemberontak Houthi didukung oleh Teheran, dan Riyadh memimpin koalisi militer yang mendukung pemerintah.
Tetapi ada upaya yang lebih baru dari kedua belah pihak untuk menghangatkan hubungan.