"Ini memberi kami harapan untuk masa depan Afghanistan yang makmur dan mandiri. Kami akan melanjutkan dari tempat mereka ditinggalkan." imbuhnya.
Merespon aturan baru tersebut, sejumlah pihak khawatir terkait sumber daya pengajar perempuan di Afghanistan jika kenal dipisah sesuai jenis kelamin. Haqqani pun bersikeras bahwa ada cukup pengajar perempuan dan, jika tidak tersedia, alternatif dapat ditemukan tanpa melanggar aturan.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
"Semua tergantung kapasitas universitas... kita juga bisa meminta guru laki-laki untuk mengajar dari balik tirai, atau menggunakan teknologi." jelas Haqqani.
Sejak berkuasa, Taliban mengatakan pihaknya tidak ingin kembali kepada sistem pemerintahan di masa lalu. Saat itu separuh populasi dikeluarkan dari pekerjaan dan pendidikan.
Di bawah aturan baru, perempuan dapat bekerja "sesuai dengan prinsip-prinsip Islam", yang telah ditetapkan oleh Taliban. Meski begitu, belum ada rincian lebih detil soal aturan tersebut. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.