Oleh BEGINDA PAKPAHAN
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
PADA akhir tahun 2021, Indonesia resmi memimpin The Group of 20 yang disingkat sebagai G-20.
Forum kerja sama tersebut beranggotakan negara-negara maju dan berkembang yang perekonomiannya besar dan signifikan di dunia.
Baca Juga:
Menkeu Lakukan Diskusi Strategis tentang Pembiayaan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan
Apa pelbagai tantangan dan peluang bagi Indonesia dalam menjalankan presidensinya di G-20?
Ada beragam tantangan Indonesia dalam menjalankan presidensinya di G-20.
Pertama, penanganan pandemi Covid-19 dan perlambatan perekonomian nasional dari negara-negara anggota G-20 dan ekonomi global.
Pembatasan mobilitas manusia, pengurangan kegiatan ekonomi, dan penutupan perbatasan negara dilakukan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di dunia, termasuk juga negara-negara anggota G-20.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan perdagangan global dan perlambatan ekonomi nasional dari negara-negara anggota G-20.
Lebih lanjut, perdagangan global belum pulih karena negara-negara G-20 dan negara di luar G-20 belum secara penuh membuka perbatasan negara mereka bagi impor barang dari luar wilayah mereka dan hati-hati terhadap kegiatan ekspornya.
Ditambah lagi, jika kasus infeksi Covid-19 turun dan cakupan vaksinasi menyeluruh di negara-negara G-20, perbatasan internasional dan antarmereka secara perlahan baru akan dibuka dengan persyaratan yang ketat.
Singkatnya, pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap pemulihan ekonomi negara-negara G-20 secara khusus dan juga perekonomian global secara umum.
Kedua, peningkatan persaingan geo-politik dan geo-ekonomi antarnegara-negara besar yang terjadi di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
Peningkatan kompetisi politik, kekuatan militer, dan persaingan ekonomi terjadi di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.
Kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik menjadi pusat ekonomi global karena pertumbuhan ekonomi positif dan masih terbukanya peluang tumbuhnya investasi di kawasan tersebut.
Konsekuensinya, pembentukan pelbagai aliansi atau grup untuk politik, pertahanan, dan ekonomi di antara negara-negara besar tak terelakkan.
Dalam perkembangannya, ada kompetisi grup perdagangan antara The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan The Trans Pacific Partnership (TPP).
Kemudian ada pembentukan Dialog Keamanan Bersama The Quadrilateral Security Dialogue (The Quad) yang beranggotakan Amerika Serikat, Jepang, India, dan Australia.
Selain itu, pada September 2021 ada pembentukan aliansi pertahanan trilateral terbaru AUKUS di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik yang beranggotakan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.
Perkembangan terkini tersebut berpengaruh terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik dan juga pemulihan ekonomi regional dan global.
Kepemimpinan Indonesia di G-20 menghadapi tantangan hal-hal tersebut di atas.
Ketiga, ketimpangan antara negara-negara tertinggal/berkembang dan maju semakin dalam di tengah pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 mengakibatkan negara-negara tertinggal dan berkembang terdampak secara kesehatan publik dan juga pemulihan perekonomiannya.
Produksi dan pasokan vaksin global yang tidak mencukupi dan merata bagi seluruh negara dan meningkatnya nasionalisme vaksin mengakibatkan sebagian besar negara miskin/berkembang tertinggal dalam program vaksinasinya.
Contoh: pasokan vaksin bagi negara-negara miskin dan berkembang di Afrika, Asia, dan Pasifik yang masih minim.
Selanjutnya, perkembangan dan penyebaran yang masif dari mutasi virus Covid-19 seperti varian Delta dan varian lainnya ke seluruh dunia menjadi tantangan kesehatan publik bagi negara-negara tertinggal dan berkembang.
Konsekuensinya, negara-negara tertinggal dan berkembang mengalami ketertinggalan dalam pemulihan ekonomi nasional mereka masing-masing.
Pada saat bersamaan, negara-negara maju, termasuk anggota G-20, mengurangi jumlah dana bantuan pembangunan bagi negara-negara tertinggal dan berkembang.
Ini karena penghematan besar-besaran atas pelbagai anggaran nasional mereka dan mengalihkan dana tersebut bagi bantuan sosial untuk rakyatnya dan pemulihan ekonomi domestik mereka.
Beragam Peluang
Meskipun begitu, ada beragam peluang yang bisa dioptimalkan oleh Indonesia saat masa presidensinya di G-20.
Pertama, Indonesia diharapkan bisa menjadi pemimpin dan koordinator yang efektif bagi negara-negara G-20, serta di saat bersamaan menjadi jembatan penghubung dan focal point yang baik antara G-20 dan negara-negara tertinggal dan berkembang di luar G-20.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh Indonesia adalah:
Indonesia bisa memperjuangkan agenda-agenda nasionalnya terkait dengan kerja sama penanganan Covid-19 antarnegara-negara G-20 dan pemulihan ekonomi global.
Contohnya, Indonesia perlu menjaga pasokan vaksin dan pelbagai obat-obatan Covid-19 ke dalam negeri melalui mekanisme kerja sama yang ada di G-20.
Indonesia juga bisa menyuarakan harapan dari negara-negara berkembang di luar G-20 ke dalam forum G-20.
Pelbagai harapannya adalah akses setara atas vaksin Covid-19 dan peningkatan bantuan pembangunan dari negara-negara maju di G-20 kepada negara-negara tertinggal dan berkembang yang keadaannya memprihatinkan karena pandemi Covid-19.
Semua itu bertujuan mengurangi jurang ketimpangan antara negara-negara maju dan berkembang dan mengakselerasi pemulihan ekonomi global.
Selain itu, Indonesia bisa mengajak G-20 untuk berkolaborasi dan berkontribusi positif dalam menjaga perdamaian, stabilitas kawasan, dan memajukan kerja sama di Asia Tenggara dan Indo-Pasifik serta dunia.
Kompetisi negara-negara besar yang berkembang saat ini bisa menurunkan rasa kepercayaan dan upaya kerja sama antarnegara-negara G-20 serta mengganggu proses pemulihan ekonomi global yang diharapkan oleh G-20.
Kedua, Indonesia mendorong agar G-20 menyikapi situasi penurunan jumlah kasus positif Covid-19 dan peningkatan cakupan vaksinasi di antara negara-negara G-20 dalam rangka pelonggaran terbatas atas kegiatan ekspor dan impor dengan persyaratan protokol kesehatan.
Harapannya, pergerakan arus barang global bisa perlahan pulih dan kegiatan ekonomi nasional di negara-negara G-20 bisa bergerak dan juga menggeliatkan kembali perdagangan global. (Beginda Pakpahan, Analis Politik dan Ekonomi Global dengan PhD dari University of Edinburgh, Inggris)-dhn
Artikel ini telah tayang di Kompas,id dengan judul “Tantangan dan Peluang Presidensi Indonesia di G-20”. Klik untuk baca: Tantangan dan Peluang Presidensi Indonesia di G-20 - Kompas.id.