Dengan pemberlakuan tarif yang tinggi, biaya impor produk-produk ini akan melonjak drastis, yang pada akhirnya berdampak signifikan pada distributor, pengecer, dan konsumen Amerika.
Gedung Putih juga menegaskan bahwa tarif 145% tersebut hanyalah batas bawah, bukan batas maksimal.
Baca Juga:
Benarkah AS Tak Lagi Adidaya? Ini 3 Penyebab Runtuhnya Amerika Versi Warganya Sendiri
Dengan demikian, tarif ini dapat meningkat lebih tinggi seiring dengan kebijakan tarif lain yang telah diterapkan Trump sebelumnya.
Kebijakan serupa mencakup tarif 25% untuk baja, aluminium, mobil, dan suku cadang; serta berbagai tarif lainnya yang dikenakan pada periode pertama pemerintahan Trump atas produk-produk yang dianggap melanggar aturan perdagangan AS.
Struktur tarif yang semakin kompleks ini menciptakan tantangan besar bagi para pelaku usaha dalam menghitung biaya impor.
Baca Juga:
Teror Drone Kamikaze Guncang Pangkalan Irak, Siapa Dalangnya?
Perubahan kebijakan yang cepat juga menyebabkan ketidakpastian di kalangan importir, baik perusahaan besar di sektor ritel maupun usaha kecil yang sangat bergantung pada produk buatan China.
Selain itu, selisih antara tarif 125% dan 145% dapat berarti tambahan biaya ribuan dolar untuk satu kontainer produk, yang semakin menekan margin keuntungan para importir dan pelaku bisnis di Amerika Serikat.
Meskipun kebijakan ini telah resmi diumumkan, pemerintahan Trump memberikan pengecualian sementara bagi barang-barang yang sudah dalam perjalanan menuju AS.