Lewat pesan Facebook, Ghani berkilah, ia sengaja menghindari tentara Taliban untuk mencegah
terjadinya pertumpahan darah.
Pada detik-detik
terakhir sebelum kepergiannya, Ghani bertemu dengan salah satu anggota
terkemuka dari kelompok yang bersekutu dengan Taliban dan Al Qaeda.
Baca Juga:
AS Beri Sinyal Bakal Invasi Afghanistan Lagi
Saat itu, Ghani diminta
secara blak-blakan untuk menyerahkan kekuasaannya.
Namun, penasihat senior
itu juga mengatakan, pemerintahan Ghani sebelumnya telah membuat kesepakatan
dengan Amerika Serikat (AS) untuk menyerah dengan damai dan mengundurkan diri.
"Pembicaraan ini
sedang berlangsung ketika Taliban datang ke kota. Taliban memasuki Kota Kabul dari berbagai titik, intelijen kami
menafsirkan sebagai serangan agresif yang terus menerus," ujar penasihat
senior kepada CNN, Sabtu (21/8/2021).
Baca Juga:
Korban Gempa Afghanistan Tembus 2.200 Jiwa, PBB Peringatkan Angka Bisa Bertambah
"Sejak lebih dari
setahun lalu kami menerima laporan intelijen bahwa Presiden akan dibunuh jika
terjadi pengambilalihan," tambah pejabat itu.
Sementara itu, Wakil
Presiden, Amrullah Saleh,
melarikan diri pada Minggu (22/8/2021) pagi.
Amrullah menuju utara ke
Lembah Panjshir.