Kepada al-Hafez, Kamel mengutarakan keinginannya pulang kampung ke Suriah. Sebagai pengusaha kaya, dia mengaku ingin membantu membangun kampung halamannya. Terlebih situasi di Suriah sangat buruk. Korupsi merajalela.
Sebagai jenderal yang sangat nasionalis, hati al-Hafez terketuk. Dia kemudian membawa Kamel ke Suriah dan memperkenalkannya kepada kolega-kolega sebagai pengusaha baik hati.
Baca Juga:
Kasus Spionase, Mata-Mata China Dituduh Susupi Parlemen Inggris
Pertemanan Kamel yang awalnya hanya satu orang berkembang pesat menjadi beberapa orang. Semuanya adalah orang ternama yang berada di lingkaran kekuasaan dan militer. Lewat jaringan kekuasaan inilah, Kamel berbisnis tekstil dan kemudian melesat sebagai salah satu pengusaha ternama di Suriah.
Samantha Wilson dalam Israel (2011) menceritakan, elite Suriah dikenal hobi berpesta. Pertukaran informasi seringkali dilakukan di celah kelowongan dansa dan mabuk. Kebiasaan inilah yang lantas dimanfaatkan Kamel.
Kamel sering mengadakan pesta dan mengundang elite-elite Suriah. Dari sini dia makin dikenal hingga berhasil masuk ke lingkaran kekuasaan. Semua dilakukan tanpa seorang pun tahu Kamel adalah mata-mata Israel.
Baca Juga:
Eks Jurnalis Media Iran Ini Kini Dicap Pengkhianat, Diduga Agen Mossad
Terciduk
Tahun 1963, kawan baik yang membawa Kamel ke Suriah, yakni Amin al-Hafez, sudah menjadi presiden. Al-Hafez sangat percaya Kamel adalah pengusaha yang akan membantunya membangun Suriah.