Hamas juga disebut menyandera sekitar 240 warga Israel.
Atas serangan tersebut, Israel lantas melakukan serangan balasan dengan memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza. Israel kemudian mulai meluncurkan serangan darat dengan tujuan melenyapkan Hamas serta menyelamatkan para sandera.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
Pada 24 November 2023, Qatar menjadi mediator Israel dan Hamas demi mencapai kesepakatan gencatan senjata sementara.
Kesepakatan tersebut juga menyangkut pertukaran tawanan perang dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Gencatan senjata juga beberapa kali diperpanjang dan berakhir pada 1 Desember 2023.
Pada pekan sebelumnya, Hamas mengajukan tawaran terbaru kepada Israel untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Namun, pada Rabu, 7 Februari 2024, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak tawaran terbaru dari Hamas. Netanyahu bersikeras menolak gencatan senjata dengan Hamas, meyakini bahwa kemenangan sudah dekat.
“Kami berada di jalur menuju kemenangan total. Kemenangan sudah dekat. Hanya kemenangan total yang akan memungkinkan kita memulihkan keamanan di Israel, baik di utara maupun di selatan,” katanya pada konferensi pers yang disiarkan televisi.
Sejak 4.5 bulan yang lalu, Hamas telah mengusulkan gencatan senjata, di mana mereka menjanjikan pembebasan semua sandera.