Rencananya adalah setelah itu, Israel akan menarik pasukannya dari Gaza, dan kesepakatan akan dicapai untuk mengakhiri konflik.
Namun, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus menolak tawaran gencatan senjata tersebut. Ia menyebut rencana tersebut sebagai "delusi" dan mencatat bahwa hal itu dapat menyebabkan penguasaan Hamas di Jalur Gaza pada akhir periode gencatan senjata secara bertahap.
Baca Juga:
Presiden Prabowo Usulkan Two-State Solution untuk Akhiri Konflik Gaza dalam Pertemuan dengan AS
“Ini hanya akan mengundang pembantaian lagi,” kata Netanyahu pada konferensi pers.
Menanggapi penolakan Netanyahu, Ismail Haniyeh, Ketua Hamas, menyalahkan Israel atas kurangnya kemajuan dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Pada hari Sabtu, 17 Februari 2024, Haniyeh menyatakan bahwa kelompok Hamas tidak akan menerima apapun selain penghentian total permusuhan, penarikan Israel dari Gaza, dan "pencabutan pengepungan yang tidak adil".
Baca Juga:
Pelanggaran Hukum Internasional, PBB: 70 Persen Korban di Gaza Adalah Perempuan dan Anak-anak
Haniyeh menegaskan bahwa pendudukan Israel terus melakukan manuver dan menunda-nunda dokumen yang krusial bagi rakyat Palestina, sementara mereka fokus pada pembebasan tahanan yang ditahan oleh kelompok perlawanan.
Dia juga menambahkan bahwa Israel harus membebaskan tahanan Palestina yang menjalani hukuman lama sebagai bagian dari perjanjian pertukaran yang akan datang.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.