"Aku merasa agak tidak adil di sisi ini. Mereka pasti merasa sangat tidak aman, kurasa," ujarnya.
Banyak warga Korsel mendukung gagasan untuk melindungi negara mereka dari lonjakan virus corona China - tetapi tidak semua yakin bahwa keputusan itu murni medis.
Baca Juga:
Jangan Sembarangan Install Aplikasi Gratis di Hp, Bahaya Pencurian Data Pribadi
"Ada unsur politik di dalamnya dan hubungan antara kedua negara tidak baik. Banyak orang Korea menyimpan banyak permusuhan menyalahkan China atas virus corona," kata Jinsun, yang sedang menuju Abu Dhabi.
Wanita lain yang berbulan madu ke Paris mengatakan Korsel mungkin tidak akan menerapkan aturan seperti itu jika negara yang bersangkutan bukan China.
"Tapi sekali lagi, apa pun yang kami lakukan, China akan bermasalah dengan itu," katanya.
Baca Juga:
Bakamla Sebut Jumlah Kapal Patroli di ZEE Natuna Utara Belum Ideal
Melansir Sindonews, pembatasan Korsel seharusnya berlangsung setidaknya hingga akhir bulan, yang akan memberi para ilmuwan waktu untuk menganalisis potensi varian baru yang datang dari China.
"Saat ini tidak ada transparansi di China tentang pemantauan varian baru. Jika varian baru berasal dari China, itu akan menjadi situasi yang sangat sulit bagi seluruh dunia," Profesor Kim Woo-joo, pakar penyakit menular di Universitas Korea dan seorang penasihat pemerintah, kepada BBC.
"Itu juga akan menjadi bencana bagi sistem perawatan kesehatan Korea. Saat ini kami sudah memiliki banyak rawat inap dan kematian dan orang tua kami juga kurang divaksinasi. Inilah yang kami khawatirkan," imbuhnya.