Adapun aksi demonstrasi terbaru ini merupakan lanjutan dari demo yang pecah di sejumlah kota China beberapa waktu lalu. Para demonstran menolak kebijakan nol Covid di negara itu.
Protes itu pertama kali dipicu oleh kebakaran apartemen di Urumqi, Xinjiang, yang menewaskan 10 orang pada pekan lalu.
Baca Juga:
Korupsi Rp556 Miliar Eks Menteri Olahraga China Dihukum Mati & Semua Harta Dirampas Negara
Para warga menganggap korban berjatuhan karena petugas pemadam kebakaran terhambat aturan lockdown yang terlalu ketat saat menjalankan tugas.
Amarah publik pun meluas secara sporadis hingga ke Beijing, Guangzhou, bahkan Shanghai selama akhir pekan. Mereka ramai-ramai mendesak Presiden China Xi Jinping mundur.
Para demonstran juga mengacungkan kertas putih, melambangkan frustrasi mereka karena tak bebas menyuarakan opini lantaran sistem sensor yang terlampau ketat di China.
Baca Juga:
Rombongan Pengusaha China Bertandang ke IKN, Melihat Kondisi Terkini Beri Respons Tak Terduga
Sejumlah pedemo dan wartawan, termasuk jurnalis asing, juga dilaporkan ditahan polisi China selama demonstrasi tersebut.
Aksi demonstrasi semacam ini dianggap langka di China, negara dengan sistem sensor dan keamanan yang ketat. Ini pun disebut-sebut sebagai aksi demonstrasi terbesar sejak insiden Tiananmen pada 1989 silam. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.