Tidak hanya itu, teh juga mengandung tanin, senyawa bersifat astringen yang dapat mempengaruhi fungsi saluran pencernaan.
Tanin bisa memperlambat proses kerja usus dalam mencerna makanan.
Baca Juga:
Sering Dikira Maag, Nyeri Lambung Bisa Jadi Alarm Kanker Mematikan
Akibatnya, beberapa orang mungkin mengalami masalah seperti konstipasi atau sembelit, dan pada kondisi tertentu, bisa juga menyebabkan diare.
Kondisi ini akan semakin berisiko bagi individu yang memiliki gangguan lambung, seperti gastritis atau GERD.
Minum teh setelah makan bisa memicu produksi asam lambung berlebih, yang kemudian menimbulkan gejala seperti perih di perut, rasa mual, heartburn (sensasi panas di dada), dan bisa memperburuk iritasi lambung yang sudah ada.
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Gandeng Kampus, Perkuat Ketahanan Pembiayaan JKN Lewat Lomba Aktuaria
Dalam sebuah studi berjudul Association between Tea Consumption and Gastroesophageal Reflux Disease yang dipublikasikan pada tahun 2019, disebutkan bahwa "secara umum tidak ada hubungan signifikan antara konsumsi dan risiko GERD."
Namun, para peneliti mencatat bahwa dalam analisis sub-kelompok tertentu, konsumsi teh justru dapat meningkatkan risiko GERD pada individu dengan kondisi khusus.
Oleh karena itu, penelitian lanjutan masih sangat dibutuhkan untuk memahami kaitan ini secara lebih mendalam.