WahanaNews.co, Surabaya - dr. Hilman Siregar, Sekretaris 3 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, Jawa Timur, mencatat banyaknya petugas pemilihan umum (pemilu) serentak 2024 yang mengalami sakit dan bahkan meninggal dunia.
Menanggapi situasi tersebut, ia mengusulkan agar ke depannya pemilu tidak lagi digelar secara serentak.
Baca Juga:
Soal Hasil Pilpres 2024: PTUN Jakarta Tak Terima Gugatan PDIP, Ini Alasannya
Pemilu 2024 terdiri dari banyak tahapan, termasuk pemilihan presiden-wakil presiden, calon anggota DPD, DPR RI, DPRD provinsi, serta pemilihan calon anggota DPRD kabupaten/kota.
dr. Hilman berpendapat bahwa lebih baik jika semua pemilihan tidak dijadwalkan secara bersamaan. Terutama untuk calon legislatif, yang jumlahnya cukup besar, hal ini dapat menyebabkan penghitungan suara memakan waktu hingga subuh.
dr. Hilman menyampaikan bahwa jika pemungutan suara dilakukan pada waktu yang berbeda, hal tersebut dapat mengurangi beban kerja petugas pemilu, khususnya Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Baca Juga:
KPU Labura Verifikasi Berkas Calon Bupati dan Wakil Bupati di Rantau Prapat: Pastikan Dokumen Sah
Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi risiko sakit atau bahkan kematian petugas pemilu. Meskipun, ia mencatat bahwa ada juga kasus petugas pemilu yang meninggal dunia karena memiliki riwayat penyakit atau penyakit penyerta.
“Itu mungkin sudah ada komorbid, tapi saya rasa juga itu karena jam kerja yang terlalu panjang. Jadi, faktor kelelahan sangat-sangat berpengaruh,” ujar Hilman.
Jam kerja yang terlalu panjang, menurut Hilman, bukan hanya berdampak buruk bagi kesehatan petugas berusia lanjut, melainkan juga yang masih muda.