Larva penyebab myiasis dikenal sebagai lalat screwworm. Di benua Amerika, spesies yang paling sering terlibat adalah Cochliomyia hominivorax, sedangkan di wilayah Asia dan Afrika, termasuk Indonesia, dikenal spesies Chrysomya bezziana.
Di Indonesia sendiri, kasus myiasis telah tercatat sejak tahun 1926. Menurut penelitian S. Partoutomo dalam Jurnal Wartazoa edisi 10(1) tahun 2000, kasus-kasus tersebut mayoritas ditemukan pada hewan ternak dan digolongkan sebagai myiasis obligat, yakni infeksi yang memang memerlukan inang hidup untuk perkembangan larva.
Baca Juga:
Dua Pekan Air Danau Toba Keruh Kecoklatan, Disinyalir Akibat Cuaca Ekstrem
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menegaskan bahwa infeksi myiasis tidak menular langsung dari manusia ke manusia.
Penularan terjadi melalui lalat, nyamuk, atau kutu yang membawa telur dan larva penyebab infeksi tersebut.
CDC juga memperingatkan bahwa orang dengan luka terbuka atau belum diobati memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi jika mereka tinggal atau bepergian ke daerah tropis dan subtropis yang menjadi habitat alami lalat penyebab myiasis.
Baca Juga:
Satria Arta Kumbara Menyesal Gabung Militer Rusia, Kini Merengek Ingin Pulihkan Status WNI
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.