Kondisi serupa dialami Hoai, mahasiswa yang juga bekerja sebagai desainer grafis paruh waktu. Jadwal padat membuatnya kerap mengandalkan makanan cepat saji seperti sosis, roti, dan mi instan.
Ia terbiasa menunda tidur demi menyelesaikan tugas kuliah dan pekerjaan. Air putih hanya ia minum jika benar-benar haus, sementara kopi kental menjadi “teman setia” saat bekerja di depan laptop.
Baca Juga:
Nyeri Pinggang Usai Minum Suplemen? Waspadai Sinyal Kerusakan Ginjal
Gejala awal yang dirasakan Hoai adalah nyeri saat buang air kecil, mual, insomnia, dan perubahan rasa di lidah. Setelah diperiksa, dokter memvonis bahwa ginjalnya hanya tersisa sedikit fungsi dan perlu segera transplantasi.
Menurut Wakil Kepala Departemen Nefrologi dan Urologi RS Universitas Kedokteran Hanoi, Dr. Nguyen Van Thanh, kebiasaan makan seperti ini sangat berbahaya bagi kesehatan ginjal.
Ia menyarankan masyarakat untuk menjaga pola makan seimbang dan menjauhi kebiasaan buruk seperti konsumsi makanan asin, fast food, alkohol, serta merokok.
Baca Juga:
Operasi Ginjal tanpa Bedah Terbuka di RSUI Teknologi RIRS Korsel
Dokter spesialis penyakit dalam Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni turut menekankan bahwa konsumsi berlebih sodium, garam, dan makanan olahan mempercepat kerusakan ginjal.
Ia memperingatkan, “Jika gaya hidup ini dibiarkan terus-menerus, jangan heran jika gangguan ginjal kronis menghampiri di usia muda.”
Kasus Duy dan Hoai seharusnya menjadi peringatan bagi generasi muda bahwa pola hidup tidak sehat bukan hanya merusak dalam jangka panjang, tapi bisa membawa bencana dalam waktu singkat.