WahanaNews.co | Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan hasil pemeriksaan PCR suspek cacar monyet (monkeypox) di Jawa Tengah negatif
Namun, pihaknya akan melakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan status dari pasien tersebut.
Baca Juga:
Kemenkes Minta Masyarakat Waspadai DBD dan HFMD Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran
Pasalnya, masih ada satu tahap pemeriksaan lagi untuk mengklaim pasien tersebut benar-benar bisa dinyatakan positif terkena cacar monyet.
"Sampel pertama dari oropharings memang negatif, tapi kami minta sampel ambil lagi dari lesi cairan kulit," kata Maxi, Sabtu (6/8).
Adapun saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan lesi cairan kulit tersebut. Oleh karena itu, ia menegaskan belum ada konfirmasi kasus cacar monyet di Indonesia.
Baca Juga:
Update Kasus Covid-19 Varian JN.1 Per 2 Januari: Ada 149 di Indonesia
"Betul sekali (belum ada)," ujar Maxi.
Juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan suspek di Jawa Tengah merupakan laki-laki berusia 55 tahun. Syahril menyebut pasien bukan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
"Seorang laki-laki, 55 tahun, bukan PPLN, suspek monkeypox dan saat ini dirawat isolasi di RS Swasta di Jateng," kata Syahril.
Kemenkes sejak akhir Juli lalu melaporkan setidaknya ada sembilan suspek pasien cacar monyet di Indonesia. Kendati demikian, semua suspek dinyatakan negatif cacar monyet setelah melalui pemeriksaan.
Kemenkes pun menyatakan bakal memperkuat dan memperbanyak deteksi dini atau aktivitas surveilans cacar monyet pada kelompok gay di Indonesia.
Surveilans akan dilakukan bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait. Upaya mitigasi itu dilakukan lantaran berdasarkan laporan dari sejumlah negara, sebagian besar yang terinfeksi cacar monyet adalah pria gay.
Sebelumnya, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) membentuk satuan tugas (satgas) cacar monyet usai Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global beberapa waktu lalu.
Dalam beberapa hari terakhir mulai muncul temuan kasus kematian pada pasien cacar monyet di sejumlah negara luar Afrika, seperti Brasil, Spanyol, dan India. Dengan demikian, IDI menilai upaya membentuk satgas merupakan bentuk kewaspadaan terhadap potensi munculnya cacar monyet di Indonesia.
"Seperti halnya terkait pandemi Covid-19, dan kita sudah di-warning berat oleh WHO terkait Monkeypox, maka kami dari IDI juga membentuk khusus Satgas Monkeypox," kata Ketua Umum PB IDI M. Adib Khumaidi dalam acara daring.
Satgas monkeypox ini terdiri dari sejumlah organisasi profesi lainnya yang akan bertugas memantau dan mendeteksi potensi monkeypox terjadi di Indonesia. Ia juga mendesak agar pemerintah memperkuat upaya mitigasi dalam pencegahan kasus cacar monyet di Indonesia.
IDI kemudian meminta agar pemerintah memperluas cakupan area pemeriksaan atau skrining pada pintu masuk Indonesia.
Adib juga meminta agar pemerintah berupaya meningkatkan kemampuan laboratorium jejaring dalam diagnostik molekuler spesimen pasien yang dicurigai menderita monkeypox sesuai rekomendasi WHO. Serta meningkatkan kemampuan dalam identifikasi kontak erat pada pasien suspek dan probable cacar monyet.
"Melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan melalui pengamatan suhu, pengamatan tanda dan gejala. Pada pelaku perjalanan dengan kondisi demam, sebaiknya dilakukan pemeriksaan langsung oleh dokter yang bertugas pada pelabuhan, bandara, ataupun PLBDN tersebut," ujar Adib. [rsy]