Kemenkes sejak akhir Juli lalu melaporkan setidaknya ada sembilan suspek pasien cacar monyet di Indonesia. Kendati demikian, semua suspek dinyatakan negatif cacar monyet setelah melalui pemeriksaan.
Kemenkes pun menyatakan bakal memperkuat dan memperbanyak deteksi dini atau aktivitas surveilans cacar monyet pada kelompok gay di Indonesia.
Baca Juga:
Kemenkes Minta Masyarakat Waspadai DBD dan HFMD Selama Arus Mudik dan Balik Lebaran
Surveilans akan dilakukan bekerja sama dengan sejumlah pihak, termasuk dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait. Upaya mitigasi itu dilakukan lantaran berdasarkan laporan dari sejumlah negara, sebagian besar yang terinfeksi cacar monyet adalah pria gay.
Sebelumnya, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) membentuk satuan tugas (satgas) cacar monyet usai Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global beberapa waktu lalu.
Dalam beberapa hari terakhir mulai muncul temuan kasus kematian pada pasien cacar monyet di sejumlah negara luar Afrika, seperti Brasil, Spanyol, dan India. Dengan demikian, IDI menilai upaya membentuk satgas merupakan bentuk kewaspadaan terhadap potensi munculnya cacar monyet di Indonesia.
Baca Juga:
Update Kasus Covid-19 Varian JN.1 Per 2 Januari: Ada 149 di Indonesia
"Seperti halnya terkait pandemi Covid-19, dan kita sudah di-warning berat oleh WHO terkait Monkeypox, maka kami dari IDI juga membentuk khusus Satgas Monkeypox," kata Ketua Umum PB IDI M. Adib Khumaidi dalam acara daring.
Satgas monkeypox ini terdiri dari sejumlah organisasi profesi lainnya yang akan bertugas memantau dan mendeteksi potensi monkeypox terjadi di Indonesia. Ia juga mendesak agar pemerintah memperkuat upaya mitigasi dalam pencegahan kasus cacar monyet di Indonesia.
IDI kemudian meminta agar pemerintah memperluas cakupan area pemeriksaan atau skrining pada pintu masuk Indonesia.