Dari 11
wabah virus Nipah di Bangladesh, antara tahun 2001 hingga 2011, tercatat ada 196 orang
terdeteksi dengan 150 jiwa di antaranya meninggal dunia.
Veasna
Duong, Kepala Unit Virologi di laboratorium penelitian ilmiah Institut
Pasteur Phnom Penh, Kamboja, mengatakan bahwa jus kurma juga sangat populer di
negaranya.
Baca Juga:
Tebar Berkah, Proyek Baterai Raksasa Prabowo Ciptakan 35 Ribu Lapangan Kerja
Duong
dan timnya telah menemukan bahwa kelelawar buah di Kamboja dapat terbang jauh --hingga 100 km setiap malam-- untuk mencari buah.
Itu
berarti penduduk di wilayah tersebut perlu khawatir, tidak hanya tentang
terlalu dekat dengan kelelawar, tetapi juga khawatir mengonsumsi produk yang
mungkin telah terkontaminasi oleh kelelawar yang terinfeksi virus Nipah.
Duong
dan timnya juga telah mengidentifikasi situasi berisiko tinggi lainnya, yaitu
kotoran kelelawar (disebut guano) menjadi
pupuk yang populer di Kamboja, Thailand, dan di
daerah pedesaan dengan sedikit kesempatan kerja.
Baca Juga:
Pembersihan Militer China Makin Brutal: Miao Hua Lengser, He Weidong Menghilang
Bagi
penduduk di sana, menjual
kotoran kelelawar dapat menjadi cara yang vital untuk mencari nafkah.
Duong
mengidentifikasi banyak lokasi di mana penduduk setempat mendorong kelelawar
buah, yang juga dikenal sebagai rubah terbang, untuk bertengger di dekat rumah
mereka, sehingga mereka dapat mengumpulkan dan menjual guano mereka.
Namun, sayangnya, banyak
pemanen guano tidak tahu resiko apa
yang mereka hadapi saat melakukannya.