Menurut data riset kesehatan dasar (Rikesda) 2013 diketahui bahwa masalah gizi pada anak prasekolah dan masa sekolah masih cukup tinggi. Hal ini dapat diketahui dari status gizi anak umur 5-12 tahun menurut indeks massa tubuh/umur (IMT/U) di Indonesia, yaitu prevalensi kurus adalah 11,2%, terdiri dari 4% persen sangat kurus, dan 7,2% kurus.
Gizi merupakan satu faktor utama penentu kualitas sumber daya manusia (SDM), karena dibutuhkan dalam proses pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup setiap manusia dalam mempertahankan kehidupan secara sehat.
Baca Juga:
CCTV Rekam Sebelum Mahasiswa UKI Tewas, Ada Pesta Miras
"Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan melakukan pengukuran status gizi," bilang Marina.
Lanjut Marina Silalahi, status gizi yang baik mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang berdampak pada prestasi belajar di sekolah. Cara untuk menilai status gizi adalah dengan menggunakan antropometri.
Ditambahkan Silalahi, stunting masih menjadi masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Berdasarkan data hasil Riskesdas 2018, angka stunting di Indonesia sebesar 30,8%. angka ini tergolong masih tinggi. Dari hasil PKM ini, di RW 17 Kemirimuka masih terdapat kasus stunting 11.11 % dari balita yang hadir pada saat kegiatan PKM ini.
Baca Juga:
Kronologi Kematian Mahasiswa UKI, Polisi Beberkan Rekaman CCTV
Diantara upaya yang dapat dilakukan dalam menurunkan angka kejadian stunting adalah pemberian pangan fungsional seperti daun kelor. Daun kelor memiliki kandungan vitamin C, kalsium, beta-karoten, potasium dan protein yang tinggi. Selain itu, daun kelor yang dimasak akan menghasilkan zat besi 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan daun kelor segar.
Metode penyuluhan yang dilakukan berupa ceramah dengan menggunakan media poster banner, pembuatan pangan fungsional dilakukan dengan menggunakan metode peragaan masak secara langsung kemudian menyebarkan kuesioner terkait penilaian hasil pangan fungsional yang diperagakan, serta melakukan pengukuran antropometri dengan cara mengukur tinggi dan berat badan balita dengan menggunakan alat ukur tinggi dan timbangan.
Tanaman fungsional yang akan perkenalkan dalam penyuluhan dan peragaan pembuatan pangan fungsional kepada orangtua asuh balita adalah daun kelor segar. Pada akhir kegiatan, dilakukan pembagian pohon tanaman kelor yang dapat ditanam untuk mencegah kejadian stunting.