Hal itu diamini oleh Chris Hublin, peneliti dari Finnish Institute of Occupational Health. Dia mengatakan sama sekali tidak ada pengaruh besar kronotipe terhadap kematian.
Apalagi usia pendek dari orang-orang kronotipe malam.
Baca Juga:
Tim Penilai Inovasi Daerah Sumut Tinjau Langsung Koperasi Merah Putih di Binjai Barat
"Sebaliknya peningkatan risiko kematian disebabkan oleh konsumsi tembakau dan alkohol yang lebih besar. Sangat jauh dibandingkan orang-orang kronotipe pagi," bebernya.
Disebutkan Science Alert, penelitian mulai dilakukan pada 1981 dengan mengidentifikasi peserta dari jenis kronotipe.
Selama penelitian faktor-faktor seperti pendidikan, kebiasaan tidur, serta jumlah merokok dan minum yang dilakukan peserta disesuaikan dalam analisis.
Baca Juga:
Peneliti Ungkap Lemak Babi Masuk 10 Makanan Paling Bergizi Dunia, Lebih Sehat dari Sapi
Saat itu mereka menemukan data bahwa 8.728 peserta telah meninggal dunia. Namun, para peserta kronotipe malam yang tidak merupakan dan tidak banyak minum justru tidak memiliki risiko kematian yang lebih tinggi.
Dari situ terlihat bahwa merokok dan minum yang dilakukan kronotipe malam jadi faktor utama. Meskipun kronotipe malam tidak mengindikasikan adanya kebiasaan tidur yang buruk.
Hanya saja menurut Chris Hublin hal itu kerap sering berjalan bersamaan. Pada akhirnya gangguan tidur dapat menyebabkan sejumlah masalah mental dan fisik dan sebelumnya juga dikaitkan dengan kecanduan nikotin atau alkohol.