WahanaNews.co, Bandung - Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengklarifikasi bahwa pasien anak yang menjalani cuci darah atau hemodialisis di rumah sakit tersebut tidak disebabkan oleh konsumsi minuman manis.
Konsultan Nefrologi Anak RSHS, Prof. Dany Hilmanto, menjelaskan bahwa pasien anak yang saat ini menjalani cuci darah biasanya sudah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal yang sudah lama atau kelainan bawaan.
Baca Juga:
50 Ucapan Natal 2024 untuk Keluarga dan Sahabat Terkasih
“Penyebab cuci darah pada anak umumnya terdiri dari dua faktor utama: kelainan struktural dan penyakit glomerulus pada ginjal,” ungkapnya di Bandung pada Rabu.
Pernyataan ini menanggapi viralnya kasus pasien anak-anak yang menjalani pengobatan cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta di media sosial.
Prof. Dany Hilmanto menegaskan bahwa penyakit gagal ginjal tidak biasanya disebabkan langsung oleh konsumsi makanan yang tidak sehat, dan gejala penyakit ini sering kali tidak muncul secara langsung.
Baca Juga:
Konser DWP Berujung Skandal, 18 Oknum Polisi Diamankan Propam
“Penyakit yang disebabkan oleh konsumsi makanan tidak sehat biasanya memerlukan waktu yang lama untuk berkembang, sering kali melalui tahap hipertensi, diabetes melitus, dan obesitas, yang semuanya merupakan faktor risiko untuk gagal ginjal,” ungkapnya.
Dia menjelaskan bahwa gangguan ginjal pada anak berbeda dengan gangguan ginjal pada orang dewasa.
Menurutnya, kasus yang sering ditemukan adalah kelainan bawaan.
“Pada anak-anak berusia lebih dari lima tahun, penyakit glomerulus adalah yang paling umum, dan salah satu jenis yang sering ditemukan adalah kebocoran ginjal,” kata Dany.
Staf Divisi Nefrologi RSHS Bandung, dr. Ahmedz Widiasta, mengungkapkan bahwa saat ini sekitar 20 anak menjalani cuci darah secara rutin setiap bulan di Poliklinik Hemodialisis RSHS Bandung.
Dia menambahkan bahwa jumlah pasien anak yang menjalani cuci darah akibat penyakit gagal ginjal masih tergolong normal.
“Jumlah kasus tidak mengalami peningkatan atau penurunan signifikan. Sekitar 10 hingga 20 anak per bulan menjalani cuci darah rutin untuk penyakit ginjal kronik,” kata dr. Ahmedz.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]