Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa seseorang yang mengalami megalomania akan menganggap bahwa pandangan tentang dirinya tersebut benar sehingga membuatnya tidak ingin mengubah keadaan tersebut.
Tidak hanya itu saja, dari penelitian tersebut juga ditemukan bahwa seseorang yang mengalami megalomania adalah gejala awal dari skizofrenia.
Baca Juga:
Susan Sameh Konsultasi ke Psikiater, Karena Jadi Korban Pelecehan
Medical News Today menjelaskan bahwa gangguan delusi ini bisa muncul pada waktu tertentu saja, namun juga bisa menjadi salah satu kondisi yang permanen.
Dalam situs yang dikutip dari laman RSUD Sawah Lunto yang dikutip Senin (10/10/2022), disebutkan, pakar kesehatan menyebut megalomania sebagai salah satu masalah kejiwaan yang bisa membuat pengidapnya mengalami perubahan perilaku, fantasi, hingga menganggap realita yang dialaminya sebagai sesuatu yang tidak benar.
"Mereka yang mengidap kondisi ini cenderung selalu ingin dihormati oleh orang lain dan merasa bahwa orang lain memang harus menganggapnya sebagai orang yang penting dan dihargai. Selain itu, mereka juga cenderung sulit untuk berempati kepada orang lain," tulis situs tersebut.
Baca Juga:
Tukang Buah yang Cabuli 6 Anak di Bintan, Alami Disorientasi Seksual
Kemudian, pengidapnya cenderung memiliki obsesi dengan kekuasaan. Berdasarkan sebuah jurnal kesehatan berjudul The Megalomaniac Traits of Personality, dihasilkan fakta bahwa penderita sindrom megalomania cenderung lebih mementingkan diri sendiri. Bahkan, mereka tidak segan untuk menyingkirkan orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk orang-orang terdekatnya hanya demi mendapatkan kekuasaan atau sesuatu yang benar-benar diinginkannya.
Penderitanya juga cenderung memiliki keinginan untuk mendominasi atau bahkan mengeksploitasi lingkungannya dengan berlebihan dan sewenang-wenang.
Mereka yang mengidap sindrom megalomania cenderung memiliki masalah narsisme atau dalam dunia medis disebut sebagai narcissistic personality disorder.