Penelitian oleh Lastella, Rigney, Browne, dan Sargent (2020) dalam studi berjudul "Electronic device use in bed reduces sleep duration and quality in adults" menyatakan bahwa penggunaan perangkat elektronik di atas tempat tidur dapat secara signifikan mengurangi durasi dan kualitas tidur.
Cahaya biru ini menghambat produksi melatonin hormon pengatur siklus tidur-bangun sehingga otak salah mengenali waktu dan menganggap malam belum tiba.
Baca Juga:
Lewat Teknologi AI, Indonesia Berhasil Capai Swasembada dan Siap Percepat Pengentasan Kemiskinan
Akibatnya, seseorang bisa terjaga lebih lama dari seharusnya, namun tetap merasa lelah keesokan harinya.
Setiap menit yang hilang untuk menggulir layar adalah energi yang terbuang untuk hari esok.
Tidak hanya orang dewasa, remaja pun kini mengalami dampaknya. Mereka yang seharusnya terlelap dalam tidur nyenyak malah larut dalam arus media sosial.
Baca Juga:
Sandbox Kesehatan 2025 Resmi Dibuka, Kemenkes Ajak Pelaku Teknologi Kesehatan Berinovasi
Penelitian oleh Krisnana, Hariani, Kurnia, dan Arief (2022) melalui studi "The use of gadgets and their relationship to poor sleep quality and social interaction on mid-adolescents" menyebutkan bahwa penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berhubungan erat dengan buruknya kualitas tidur dan penurunan interaksi sosial.
Ironisnya, perangkat yang dirancang untuk mempererat koneksi justru menciptakan jarak. Kita semakin jauh dari keluarga, teman, dan bahkan diri sendiri.
Layar kecil itu tidak hanya mencuri malam kita, tetapi juga merampas kedamaian yang seharusnya kita rasakan sebelum tidur.