WahanaNews.co, Semarang – Seorang guru ngaji yang terlibat dalam tindakan pencabulan terhadap beberapa muridnya, ditangkap Polrestabes Semarang.
Pria yang ditangkap, berinisial PR (51) dan bertempat tinggal di Semarang Barat, telah resmi ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian.
Baca Juga:
Cabuli 4 ABG, Guru Ngaji di Mojokerto Jadi Tersangka
Kompol Aris Munandar, Wakasatreskrim Polrestabes Semarang, menjelaskan bahwa penangkapan terhadap tersangka dilakukan setelah adanya laporan dari orang tua korban yang mengalami peristiwa tragis tersebut.
Dari data yang terkumpul, terdapat 16 korban yang rata-rata masih berusia di bawah umur. "Para korban mengikuti kegiatan ngaji di tempat tersangka. Saat ini, kami masih melakukan pendataan terkait jumlah korban secara keseluruhan," ungkapnya saat dikonfirmasi pada Sabtu (18/11/2023) melansir VIVA.
Tersangka saat ini telah ditahan dan sedang menjalani pemeriksaan di Mapolrestabes Semarang. Proses penanganan kasus ini dipercayakan kepada Unit PPA Polrestabes Semarang.
Baca Juga:
Guru Ngaji di Mojokerto Dibawa ke Kantor Polisi, Diduga Cabuli 4 ABG
"Kasus ini sedang ditangani oleh unit PPA, dan tersangka sudah berada dalam tahanan," jelas AKBP Donny Lumbantoruan, Kasatreskrim Polrestabes Semarang.
Sementara itu, Ketua RT di wilayah tempat tinggal tersangka, David, menyampaikan bahwa penangkapan terhadap PR terjadi pada Jumat (17/11/2023) lalu.
David mengetahui kejadian tersebut dari warga setempat. "Pertama kali mendengar informasi ini melalui telepon dari staf bendahara. Saya langsung dihubungi bahwa Pak PR tersandung kasus. Meskipun pada awalnya masih belum pasti, namun kemudian informasi tersebut dikonfirmasi dan diketahui bahwa beliau sudah ditahan," jelasnya di kediamannya.
David juga menambahkan bahwa istri tersangka juga seorang guru ngaji di wilayah tersebut. Namun, tempat kegiatan ngaji tersebut berlokasi di RT 1. Meskipun demikian, karena jumlah muridnya semakin banyak, kegiatan ngaji dipindahkan ke RT lain.
"Pak PR, sejauh yang saya tahu, bekerja di percetakan pada pagi hari dan mengajar di TPQ pada sore hari. Jumlah pasti korban tidak diketahui, namun siswanya diperkirakan belasan," tambahnya.
Ketua RT 1 Towaf juga mengungkapkan bahwa rumahnya pernah dijadikan tempat pemeriksaan oleh Unit PPA Polrestabes Semarang terhadap para korban.
"Pada Jumat (17/11) kemarin, mereka berkumpul di sini. Ada tiga petugas PPA yang melakukan pemeriksaan," ujar Towaf.
Ia juga menyatakan keterkejutannya atas kabar tersebut, mengingat PR dikenal sebagai sosok yang taat beragama dan sering memberikan khotbah di Masjid serta nasihat kepada masyarakat sekitar.
"Kami sangat terkejut dengan berita ini, terutama mengingat citra yang selama ini beliau tunjukkan, apalagi korban-korban ini adalah anak-anak. Ini sungguh sangat disayangkan," tambahnya dengan rasa prihatin.
[Redaktur: Alpredo Gultom]