Yuliana juga menyebut sang anak sempat meminta agar guru agama yang menghukumnya dipenjara agar tidak terjadi hal yang serupa terhadap siswa lan. Namun, kata Yuliana, sampai saat ini tidak ada tindak lanjut dari pihak sekolah terkait kematian anaknya tersebut.
"Anak saya waktu masih sakit bilang 'mak penjarakan lah guru itu mak, biar dia jangan biasa begitu'. Pihak sekolah tak ada menanggapi," sebutnya.
Baca Juga:
Dua Teman Korban Siswa SMKN Semarang yang Tewas Ditembak Polisi Masih Trauma
Bahkan, Yuliana mengaku sudah mendatangi kantor polisi untuk membuat laporan terkait kematian anaknya tersebut. Namun pihak kepolisian mengatakan harus melakukan prosedur autopsi terlebih dahulu.
Mendengar keharusan autopsi itu, Yuliana menjadi takut dan tak ingin jasad anaknya diautopsi.
"Jadi, saya merasa takutlah (diautopsi), anak saya sudah meninggal dan tak bernyawa lagi, lihat lagi itu video usus dikoyak dari dalam, saya gak terimalah jadi saya mundur (tidak membuat laporan)," ujarnya.
Baca Juga:
Diduga Siswi Disabilitas Dilecehkan Guru SLB, Keluarga Lapor Polisi
Namun ia tetap berhadap kasus ini berlanjut ke ranah hukum karena tak ingin ada kejadian serupa di sekolah anaknya.
"Kami memohon kepada pihak hukum tolong kasus ini diusut supaya ke depannya tak terjadi seperti ini lagi, cukuplah anak saya," sambung Yuliana.
Sebelumnya, kasus tersebut viral di media sosial lewat unggahan yang menampilkan kolase foto jenazah korban. Korban yang merupakan warga Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir itu meninggal dunia, Kamis (26/9) usai sempat menjalani perawatan di RSU Sembiring Deli Tua.