WAHANANEWS.CO, Nagekeo - Kasus kematian tragis Prada Lucky Chepril Saputra Namo kembali menguak fakta-fakta baru yang mengejutkan, di mana salah satu pelaku penganiayaan ternyata seorang perwira TNI AD berpangkat Letnan Dua.
Prada Lucky (23), prajurit Batalion Teritorial Pembangunan (TP) 834 Waka Nga Mere Nagekeo, NTT, menghembuskan napas terakhir pada Rabu (6/8/2025) setelah sebelumnya mendapat perawatan intensif di ICU RSUD Aeramo, Kabupaten Nagekeo.
Baca Juga:
Hindari Benang Layangan, Pengendara Motor di Banyuwangi Tewas Tabrak Pagar Kantor Desa
Komandan Brigade Infanteri (Brigif) 21/Komodo, Letkol Inf Agus Ariyanto, membenarkan kabar duka tersebut dan menyatakan bahwa korban adalah anggota aktif Batalion TP 834.
Publik kini menyorot tajam sosok Letda Inf Achmad Thariq Al Qindi Singajuru, perwira yang diduga ikut menganiaya Prada Lucky hingga meninggal dunia, di mana wajahnya telah viral di media sosial dan memicu desakan agar proses hukum berjalan transparan.
Letda Inf Thariq yang berdinas di Kompi Senapan B Yonif TP 834/WM, memiliki pangkat perwira yang secara hierarki lebih tinggi dari tamtama seperti Prada Lucky, dengan tanggung jawab dan peran kepemimpinan yang seharusnya menjauhkan diri dari tindakan kekerasan terhadap bawahan.
Baca Juga:
122 Juta Rekening Dormant Sudah Diblokir, PPATK Kini Pantau E-Wallet
Meski namanya tercantum dalam daftar pelaku, Letda Inf Thariq dilaporkan belum menjalani proses hukum, sementara baru empat prajurit berpangkat Pratu yang diamankan di Subdenpom Ende sebagaimana disampaikan Danki C Yon TP 834/WM, Lettu Inf Rahmat.
Menurut data internal, total pelaku penganiayaan mencapai 20 orang dengan rincian pemukulan menggunakan selang dilakukan oleh Letda Inf Thariq Singajuru, Sertu Rivaldo Kase, Sertu Andre Manoklory, Sertu Defintri Arjuna Putra Bessie, Serda Mario Gomang, Pratu Vian Ili, Pratu Rivaldi, Pratu Rofinus Sale, Pratu Piter, Pratu Jamal, Pratu Ariyanto, Pratu Emanuel, Pratu Abner Yetersen, Pratu Petrus Nong Brian Semi, Pratu Emanuel Nibrot Laubura, dan Pratu Firdaus.
Sementara itu, pemukulan menggunakan tangan dilakukan oleh Pratu Petris Nong Brian Semi, Pratu Ahmad Adha, Pratu Emiliano De Araojo, dan Pratu Aprianto Rede Raja.