WahanaNews.co | Kebijakan pemerintah membuka keran
impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini dinilai tidak tepat, bahkan tidak logis atau tidak masuk akal.
Pemerintah
diminta untuk lebih banyak menyerap beras produksi petani lokal.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Guru
Besar Fakultas Pertanian IPB sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan
Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, mengatakan, saat ini petani dalam
negeri sedang memasuki masa-masa panen raya.
Badan
Pusat Statisik (BPS) bahkan memperkirakan produksi beras lokal sepanjang
Januari-April 2021 mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen atau 3,08 juta
ton dari periode sama di tahun lalu yang sebesar 11,46 juta ton.
"Itu
peningkatan produksi yang sangat besar. Jadi dari sisi itu kan enggak logis sama sekali keputusan impor ini," ujar Dwi
kepada wartawan, Rabu (17/2/2021).
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
Dwi
mengatakan, seiring dengan masuknya masa panen raya, harga gabah di tingkat
petani trennya menurun.
Berdasarkan
pengamatannya di lapangan, isu keputusan impor beras semakin menekan harga
gabah petani pada saat ini.
Selain
karena memasuki masa panen, menurut Dwi, kebijakan impor beras yang diputuskan
pada awal tahun tidaklah tepat.
Ia
menilai, memutuskan impor atau tidak mestinya dilakukan pada bulan Juli atau
Agustus.
Lantaran,
pada periode itu sudah bisa diperkirakan produksi lokal memang sudah mencukupi
untuk kebutuhan nasional hingga akhir tahun atau memang diperlukan impor.
"Kalau
diimpor sekarang, katakanlah masuk 2-3 bulan lagi, itu kan stok pangan kita masih sangat mencukupi," kata dia.
Oleh
sebab itu, Dwi menilai, kebijakan pemerintah untuk impor beras tidak tepat, baik
dari segi perencanaannya maupun keputusannya.
Ia
menekankan, lebih baik pemerintah menyerap gabah petani lokal untuk memenuhi
cadangan beras pemerintah (CBP) ketimbang impor.
Sebab,
hingga Mei mendatang, Indonesia masih memasuki masa panen.
"Daripada
berpikir impor, serap gabah petani dari petani negara lain, lebih baik serap
gabah dari produksi petani kita sendiri," pungkasnya. [dhn]