Lalu ia ke pintu 14, tapi penonton berdesakan mencoba keluar.
"Saya lihat ibu-ibu gendong anaknya balita sambil berteriak. Keluar air dari hidung dan mata. Sedih sekali."
Baca Juga:
Komnas HAM: Aremania Berhambur ke Lapangan Ingin Pelukan dengan Pemain
Chandra pun memutuskan untuk melompat ke dalam lapangan. Kemudian dia berlari ke arah pintu lapangan yang terbuka.
Sementara Eko dari tribun 12 mengalami hal yang sama. Dia tidak bisa keluar dari pintu 12, 13 dan 14 karena banyak orang berdesakan mencoba untuk melarikan diri.
"Teriakannya, tolong-tolong, arek wedok [anak perempuan], arek cilik [anak kecil]," kata Eko.
Baca Juga:
Tragedi Kanjuruhan, Polisi di Malang Sujud Massal Minta Maaf
"Saat saya turun ke pintu. Semua pada berdesakan. Akhirnya saya kembali ke atas tribun bersama teman. Lalu menggunakan syal mengibas-ibas asap. Setelah itu saya loncat ke dalam lapangan dan turun lewat pintu samping lapangan," katanya.
Fahryanto dari tribun 7-8 juga merasakan dampak gas air mata yang ditembakan ke tribun 4 di sebelahnya.
"Gas air mata mengalir ke tempat kami dan menyebabkan penonton di tribun saya panik teriak," kata Fahryanto.