"Gas air mata ditembak ke arah tribun 10 hingga 14. Di sini seperti lautan awan, putih semua. Di depan saya gas air mata, saya lempar balik ke lapangan pakai jas hujan," katanya.
Setelah itu, beberapa polisi juga mengeluarkan tembakan gas air mata ke arah tribun empat dan sisi lainnya, kata Fahryanto yang menyebabkan hampir seluruh tribun terkena dampak gas air mata.
Baca Juga:
Komnas HAM: Aremania Berhambur ke Lapangan Ingin Pelukan dengan Pemain
Situasi Mencekam
Lautan asap di tribun 14, kata Chandra, menyebabkan ribuan orang di sana langsung panik, dan berdesakan untuk keluar dari stadion.
Baca Juga:
Tragedi Kanjuruhan, Polisi di Malang Sujud Massal Minta Maaf
"Anak kecil menangis, perempuan pingsan, jeritan di mana-mana, semua berbondong-bondong keluar, tapi pintu 13 ditutup, pintu 14 dibuka, cuma satu pintu," kata Chandra.
Ia pun mencoba untuk keluar melewati pintu 13, namun ditutup.
"Di kamar mandi pintu 13 yang ditutup, saya lihat dua orang laki-laki tergeletak tidak bernyawa, mungkin kekurangan oksigen, berdesak-desakan dan juga gas air mata," kata Chandra.