Dalam kepungan gas air mata, Fahryanto mengambarkan situasinya.
"Seorang ibu pingsan sambil memeluk anaknya, di sebelahnya anak laki-laki pingsan. Lalu beberapa supporter menggendong ibu dan anak-anak itu untuk keluar. Mereka tidak sadar saat digendong, itu karena gas air mata," katanya.
Baca Juga:
Komnas HAM: Aremania Berhambur ke Lapangan Ingin Pelukan dengan Pemain
"Lalu saya juga mendengar orang tua mencari anaknya, di mana anakku - di mana anakku. Panik semua. Lalu di kamar mandi, tiga sampai lima orang remaja tergeletak. Saya trauma membayangkan itu," kata Fahryanto.
Fahryanto bisa keluar dari stadion setelah melewati pintu 5-6 walau harus antri selama 30 menit di tengah kepungan gas air mata.
Sementara itu di lorong VIP, kata Dipo, puluhan orang yang pingsan, tergeletak kelelahan, sesak napas dan ada yang terluka.
Baca Juga:
Tragedi Kanjuruhan, Polisi di Malang Sujud Massal Minta Maaf
Lalu Andika yang juga di VIP mengatakan,"Kejadian terus menempel di ingatan, anak kecil nangis, anak kecil cari mama papanya, bapak ibu cari anak di mana, mereka pada lari ke VIP terus bilang anakku hilang. Mereka cari di VIP soalnya di sini tempat penampungan korban. Masih terngiang suara minta tolong sampai sekarang," katanya.
Situasi mencekam berlangsung hingga di luar stadion. Terjadi insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat keamanan dan tindakan saling pukul antara kedua pihak.