WahanaNews.co | Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengungkapkan kekhawatirannya, karena banyak sekolah sudah bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM), namun tetap belum melakukannya, sehingga dapat menyebabkan learning loss pada siswa.
"Saya lebih khawatir bahwa hanya 40 persen dari pada sekolah kita yang bisa melakukan PTM saat ini, baru melakukan PTM. Jadi ada 60 persen sekolah kita yang sebenarnya sudah boleh melakukan PTM yang belum," kata Mendikbudristek Nadiem dalam konferensi pers hasil ratas PPKM, dipantau virtual dari Jakarta pada Senin.
Baca Juga:
Rehabilitasi Puluhan Gedung Sekolah di DKI Tahun 2024 Terancam Tidak Selesai
Kekhawatiran Nadiem itu didasari bahwa data Bank Dunia dan berbagai riset yang melaporkan adanya potensi learning loss atau kemunduran proses akademik akibat masih belum dilakukannya PTM.
Nadiem secara khusus menyoroti pentingnya pembelajaran secara langsung terutama bagi anak-anak di tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).
"Bahwa kalau sekolah-sekolah ini tidak dibuka dampaknya bisa permanen. Jadi ini merupakan suatu hal yang lebih mencemaskan buat kami adalah seberapa lama anak-anak sudah melaksanakan PJJ yang jauh di bawah efektivitas sekolah tatap muka," tegasnya.
Baca Juga:
Polres Nias Ringkus 5 Orang Komplotan Pembobol Sekolah, 3 di Antaranya Anak Bawah Umur
Dalam kesempatan tersebut dia juga kembali meluruskan bahwa kabar soal 2,8 persen sekolah telah menjadi klaster Covid-19 selama PTM adalah miskonsepsi.
Nadiem menegaskan bahwa angka tersebut adalah data kumulatif dari seluruh masa terjadinya pandemi Covid-19 bukan dari satu bulan terakhir saat PTM terjadi.
Selain itu, dia menyebut kabar yang menyebutkan 15.000 murid dan 7.000 guru positif Covid-19 sebenarnya berdasarkan laporan data mentah yang memiliki banyak sekali kesalahan.