WahanaNews.co | Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan, curah hujan ekstrem yang terjadi selama beberapa hari di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) serta kapasitas daya dukung lingkungan yang tidak memadai telah menyebabkan banjir di daerah tersebut.
"Tercatat, curah
hujan dua hari berturut-turut mencapai sekitar 300 mm, umumnya curah hujan satu
bulan di Kalsel 330 mm, artinya curah hujan yang biasa untuk satu bulan turun
dalam waktu dua hari, ditambah daya dukung lingkungan yang
tidak bisa merespon hujan ekstrem, sehingga banjir," katanya, dalam konferensi daring yang dipantau di Jakarta, Sabtu (23/1/2021).
Baca Juga:
Tim Pakar ULM Kaji Banjir Kalsel
Dia mengatakan, banjir
yang terjadi memang dipengaruhi hujan yang ekstrem, juga ada
pengaruh lahan yang rusak.
"Jadi, memang
ada pengaruh lahan, meski cuaca juga berpengaruh. Menurut kami, dua-duanya itu berperan. Kalau
lingkungan mendukung, tentu dampaknya tidak akan terlalu
besar. Begitu juga sebaliknya, kalau hujannya tidak terlalu ekstrem, mungkin tidak
terjadi banjir besar," tambah dia.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab, menjelaskan, ketika terjadi banjir di
wilayah Kalsel, tercatat hujan ekstrem terjadi mulai
10 hingga 16 Januari 2021.
Baca Juga:
Banjir Kalsel: PLN Sukses Nyalakan 99,9% Gardu
"Curah hujan tertinggi pada 13-14
Januari 2021. Dalam 24 jam, tercatat
curah hujan 225 mm di Banjarbaru, dan 249 mm di Stasiun Meteorologi
Syamsuddin Noor," kata Fachri.
Namun, menurut
dia, hujan bukan satu-satunya faktor penyebab banjir di daerah
tersebut.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) memperlihatkan bahwa proporsi luas areal berhutan di kawasan Daerah Aliran Sungai
(DAS) Barito di Kalimantan Selatan, yang tengah terdampak banjir, hanya 18,2
persen.