Untuk wilayah timur Indonesia seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur, penyaluran akan dilakukan satu kali untuk dua bulan sekaligus (one shoot), mengingat tantangan geografis di wilayah tersebut.
"Bagi daerah-daerah tertentu seperti Papua, Maluku, dan NTT itu one shoot. Jadi, Juni-Juli ini, kemungkinan di akhir, itu one shoot, satu kali pengiriman untuk alokasi 2 bulan," jelas Arief.
Baca Juga:
Bapanas Harus Dibubarkan dan KPK Diminta Usut Dugaan Korupsi Bawang Putih
Penyaluran bantuan beras akan dilakukan oleh Perum Bulog, yang telah diminta menyiapkan kemasan 10 kilogram dan memastikan kualitas beras yang akan diberikan ke masyarakat.
"Kemudian berasnya juga harus yang kondisinya baik. Tidak boleh ada beras jelek yang di-deliver ke masyarakat, harus zero complain, walaupun itu sulit," ujar Arief.
Ia juga menegaskan bahwa pemberian bansos beras tidak akan menekan harga gabah di petani karena program ini dirancang untuk tetap menjaga keseimbangan antara bantuan sosial dan keberlanjutan petani.
Baca Juga:
Anggota DPR Jaelani Bantu Petani Muna Barat Terapkan Pertanian Berbasis Kearifan Lokal
"Kami pun dengan Pak Mentan (Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman) sudah bersepakat agar menjaga harga gabah petani tidak sampai jatuh. Namun, masyarakat yang layak dibantu juga tetap dapat bantuan," katanya.
"Itu kerennya hari ini. Bisa sama-sama memahami dua tujuan hulu dan hilir untuk tercapai semuanya," tambah Arief.
Tahun ini, data penerima bansos beras mengacu pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang dihimpun oleh Bappenas, BPS, dan Kementerian Sosial, dengan koordinasi Kemenko PMK dan Kemenko Perekonomian.