"Kalau saat itu kita harus docking untuk pemeliharaan, kita
tidak bisa melaksanakan tugas negara," tutur mantan anggota Fraksi TNI-Polri di
DPR ini.
Frans juga mengatakan
pernah mendengar langsung pujian dari instrukturnya di Jerman bahwa negara itu
bangga menjual kapal selamnya ke Indonesia karena dipelihara dengan baik.
Baca Juga:
Indo Defence 2025 Digelar, Presiden Prabowo Soroti Peran Generasi Muda di Industri Pertahanan
Jerman, kata Frans, merasa terhormat dengan perlakuan TNI
Angkatan Laut pada KRI Nanggala. "Makanya hati saya sakit kalau ada yang bilang
Nanggala sudah tua dan waktunya peremajaan. Nanti dulu," ujarnya.
Tak hanya dalam perawatan, saat KRI Nanggala akan menyelam,
ketentuannya pun sangat ketat karena TNI AL mewajibkan ada latihan hingga empat
tingkatan atau sering disebut L1 hingga L4.
L1 sampai L3, kata dia, berisi
persiapan-persiapan, mulai memeriksa semua peralatan, kesiapan teknis,
dan bagaimana ABK membereskan hal-hal yang kurang sempurna. Misalnya bila ada
alat yang tak berfungsi atau terdapat kebocoran. "Semua diuji," ujarnya.
Setelah itu, kondisi kapal masih dicek dan diuji lagi oleh
komandan komando latihan armada. Setelah dinyatakan lulus, baru diperbolehkan
berlayar untuk melaksanakan latihan penembakan torpedo. Latihan penembakan ini
sendiri meliputi dua hal, yakni penembakan kepala latihan tanpa bahan peledak,
dan latihan kepala perang dengan bahan peledak. "Jadi kalau sampai Nanggala
sudah berlayar sampai latihan penembakan torpedo, artinya sudah lulus L1 sampai
L3," tuturnya.
Baca Juga:
Rusia Siap Banjiri Indonesia dengan Jet Tempur dan Tank Canggih, Ini Respons Kemhan
Frans menganalisa,
jika karamnya KRI KRI Nanggala-402 akibat matinya sistem kelistrikan (black
out) seperti dugaan selama ini, berarti segala peralatan tidak bisa digerakkan
atau power lost.
Kemudi dalam posisi menyelam dan motor sudah menuju ke
penyelaman. "Barangkali ABK-nya ada something, sehingga dia terlalu lama untuk
mencari penyebab black out," katanya Frans yang menjadi KKM Nanggala saat
berpangkat letnan kolonel pada 1985. [dhn]