Lebih lanjut Darmaningtyas mengutip Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa pendidikan bukan hanya membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan praktis, melainkan juga dengan nilai dan keyakinan sebagai modal sosial dan moral dalam menyiapkan mereka menjadi warga negara dan warga dunia yang baik.
"Karena itu keluarga menjadi basis untuk pendidikan karakter. Mereka yang punya etika baik pada umumnya lahir dari keluarga yang baik, sekolah memperkaya dan lingkungan memberikan tantangan." Ucapnya.
Baca Juga:
Penusukan Santri Pondok Pesantren Krapyak di Yogyakarta, Polisi Tangkap 7 Pelaku
"Kalau karakter personal, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara kita tumbuhkan pada diri masing-masing maka bangunan etika politik bisa kita bangun dalam diri masing-masing. Pemilihan Capres misalnya kita bisa melihat mana sosok yang bisa menjawab atau mendukung terbangunnya ketiga karakter tersebut." Tambahnya.
Darmaningtyas juga menggarisbawahi bahwa Etika adalah yang paling dasar menjadi landasan seseorang untuk mengambil keputusan. "Ketika etik itu dilanggar maka meskipun hukum aturan ditegakkan itu percuma saja. Tapi tidak ada hukum selama menjunjung tinggi etik semua akan baik-baik saja."
Narasumber lainnya, Retno Listyarti - Mantan Komisioner KPAI menegaskan bahwa pelanggaran etika merupakan sebuah pelanggaran yang jauh lebih serius dibandingkan dengan pelanggaran profesi. Karena pelanggaran etika menyangkut kelayakan pribadi dalam melaksanakan tugas profesional tertentu.
Baca Juga:
Peringati HSN 2024, Pjs Bupati Labuhanbatu Utara Serahkan Karpet Masjid ke Pondok Pesantren
"Pelanggaran profesi bisa dikoreksi dengan perbaikan praktik profesi. Namun, pelanggaran etika sudah menyangkut kelayakan pribadi pelaku. Konsekuensinya hanya berarti tidak layak melaksanakan tugas profesional itu. Maka rekomendasi yang umum adalah diminta mundur atau dipecat." Ujarnya.
Menurut Retno, perihal banyaknya kasus pidana terkait kebebasan berekspresi dan berpendapat dalam masalah politik yang melibatkan siswa maupun guru, hal itu menunjukkan buruknya iklim demokrasi di dunia pendidikan.
KH Sulaiman Effendi, Pengasuh Pondok Pesantren Manahijussadat Banten mengingatkan pentingnya pendidikan sebagai sebuah proses yang membantu siswa agar mengalami perkembangan dan perubahan dari sisi akal, fisik, dan rohani sehingga ia berkembang.