WahanaNews.co | Pimpinan milisi, Eurico
Guaterres, menerima penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden Jokowi
pada Kamis (12/8/2021).
Namun,
penghagaan tersebut menuai kontroversi.
Baca Juga:
Sengketa Informasi: KontraS Menang Lawan Setneg di PTUN soal Bintang Jasa Eurico Guterres
Dikutip
dari VOA Indonesia, Deputi Direktur Amnesty
International Indonesia, Wirya Adiwena, mengatakan, pemberian penghargaan Bintang Jasa Utama kepada mantan
milisi pro-integrasi Timor Timur, Eurico Guterres, mencederai hak asasi manusia di
Indonesia.
Sebab,
menurut catatan Amnesty, Guterres merupakan terduga pelaku pelanggaran HAM di
Timor Leste pada 1999.
Karena
itu, Wirya meminta Presiden Joko Widodo untuk mencabut penghargaan tersebut
dari Guterres.
Baca Juga:
PUPR Bangun 2.100 Unit Rumah untuk Pejuang Eks Timor Timur di Kupang
Amnesty
International Indonesia juga menuliskan surat terbuka kepada Presiden Joko
Widodo untuk menyatakan keberatan atas pemberian Bintang Jasa Utama ke Eurico
Guterres.
Selainpenghargaan
Bintang Jasa Utama, Eurico juga menerima penghargaan medali dan piagam Patriot
Bela Negara dari Menhan Prabowo pada 15 Desember 2020.
Lalu,
siapakah sosok Erico Guterres?
Dikutip
dari pemberitaan media, Eurico Guterres bernama lengkap Eurico Barros Guterres, lahir
di Waitame,Timor Timur (sekarang Timor Leste), pada 4 Juli 1969.
Eurico
muda dibesarkan oleh warga sipil Indonesia dan putus sekolah pada tingkat SMA.
Dia
sempat telibat dalam kegiatan gangster kecil-kecilan di Dili.
Eurico
juga sempat ditahan oleh intel militer Indonesia dengan tuduhan terlibat dalam
komplotan untuk membunuh Presiden RI kedua, Soeharto, saat akan berkunjung ke Dili pada tahun 1988.
Eurico
pernah menjadi sosok yang pro-kemerdekaan Timor Timur.
Namun, di
tengah jalan, ia berubah menjadi pro-Indonesia.
Ia pun
menjadi informan untuk Kopassus, sekaligus menjadi agen ganda terhadap gerakan kemerdekaan.
Akibatnya,
Eurico dipecat dari tugasnya pada 1990.
Direkrut oleh Prabowo
Kemampuan
Eurico ternyata menjadi perhatian khusus Menteri Pertahanan,
Prabowo Subianto, yang saat itu menjadi seorang perwira-anti pemberontakan.
Pada
tahun 1994, Prabowo merekrut Eurico menjadi bagian dari Gardapaksi, yakni
organisasi yang memberikan pinjaman dengan bunga rendah untuk memulai usaha
kecil.
Namun,
anggota Gardapaksi juga diminta untuk menjadi informan dalam satuan pro-militer.
Kala
itu, Gardapaksi didukung oleh GubernurTimor Timur, yang saat itu dijabat oleh Abilio
Soares.
Eurico Guterres pun ternyata memiliki catatan panjang
dalam pelanggaran hal-hak asasi manusia di Timor-Timur.
Eurico, yang
merupakan mantan wakil panglima Pasukan Pejuang Integrasi (PPI) dan komandan milisi
Aitarak, dituduh terlibat dalam sejumlah pembantaian di Timor Timur.
Ia disebut
menjadi pemimpin milisi utama pada pembantaian pasca-referendum di provinsi
tersebut.
Dia pun
menjadi tertuduh utama dalam pembantaian di Gereja Liquica yang terjadi pada 6
April 1999.
Menurut
estimasi PBB, ada setidaknya 200 warga Timor Timur yang dibunuh dalam kejadian
tersebut.
Namun,
Eurico belum pernah dibawa ke pengadilan atas kasus tersebut.
Eurico
kemudian dinyatakan bersalah dan dijatuhkan hukuman 10 tahun penjara pada 2002
atas kasus serangan milisi Aitarak terhadap pemimpin gerakan kemerdekaan Timor
Timur.
Sebanyak
12 orang terbunuh dalam serangan tersebut.
Putusan
ini kemudian dikuatkan hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung.
Dia
sempat mengajukan banding, namun gagal.
Eurico
pun mulai dipenjara sejak tahun 2006.
Pada
tahun 2008, ia mengajukan Peninjauan Kembali, dan oleh Mahkamah Agung ia
dibebaskan dari segala tuduhan.
"Saya Ini Warga Negara
Indonesia"
Menanggapi
kontroversi tersebut, Eurico pun meminta beberapa oknum tidak ikut campur dalam
urusan penghargaan itu.
Dirinya
mempersilakan jika ada pihak berpandangan miring terhadap dirinya yang telah
menerima penghargaan.
Yang
pasti, kata Eurico, pemberian penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden Joko
Widodo kepada dirinya tidak bertujuan untuk menghina negara lain.
"Saya
ini warga negara Indonesia. Saya hanya tunduk dan taat kepada negara saya,
Indonesia tercinta," ujar Eurico, Selasa (17/8/2021).
Menurut
Eurico, perjuangan mereka sebagai warga eks Timtim cukup panjang dan
melelahkan.
"Tetapi
kecintaan kita, kecintaan kami, WNI eks Timtim yang tetap setia kepada NKRI, tidak
luntur dengan persoalan-persoalan yang kami hadapi selama 22 tahun," kata
dia.
"Karena
itu, mari kita rapatkan barisan, untuk melanjutkan perjuangan itu. Kita harus
berbuat yang terbaik bagi bangsa Indonesia," ujar Eurico.
Saat
ini, Eurico menjabat sebagai Ketua Umum Uni Timor Aswa"in (UNTAS)
dan Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPTT).
Selain
itu, ia juga dikenal sebagai politisi yang beberapa kali berpindah partai,
antara lain Partai Golkar, PDI-P, PAN, Perindo, dan Gerindra. [dhn]