WahanaNews.co | Hampir satu tahun sudah Presiden
Joko Widodo menunjuk staf khusus milenial. Namun, sejauh ini, stafsus milenial
dinilai masih minim prestasi.
Direktur
Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, menilai, alih-alih prestasi, yang lebih banyak mengemuka
dari stafsus milenial justru konflik kepentingan.
Baca Juga:
Selama Persiapan Pilpres 2024 Prabowo Ungkap Peran Besar Jokowi
"Dalam
setahun ini nyaris kita tidak disuguhkan prestasi yang dilakukan oleh stafsus
milenial, yang lebih mengemuka adalah kecenderungan conflict of interest," kata Adi kepada wartawan, Senin (2/11/2020).
Adi
mencontohkan kasus yang sempat melibatkan salah satu stafsus milenial, Adamas
Belva Delvara.
April
lalu, muncul polemik mengenai terpilihnya Ruang
Guru, perusahaan start-up yang didirikan dan dipimpin Belva, sebagai mitra
program Kartu Prakerja. Banyak pihak menilai bahwa hal ini berpotensi menjadi konflik
kepentingan. Akhirnya, pada 21 April, Belva resmi mengundurkan diri
sebagai stafsus milenial.
Baca Juga:
Pengamat Ungkap Alasan Jokowi Tak Copot Menteri PDIP
Adi
juga menyinggung adanya stafsus milenial yang sempat membuat pernyataan
kontroversial sampai dianggap sebagai buzzer
pemerintah.
"Mestinya
stafsus itu memposisikan dirinya sebagai negarawan, sebagai jubir negara yang
sedikit pun tidak boleh ada kesalahan apa-apa," ujar dia.
Menurut
Adi, sebelum ditunjuk mendampingi presiden, bisa jadi stafsus milenial memiliki
kehebatan di bidang masing-masing.
Namun,
setelah menjadi stafsus dan dihadapkan dengan sistem politik yang rumit, mereka
tak bisa berbuat banyak.
Bahkan,
di situasi pandemi Covid-19 pun, kinerja stafsus milenial tak terdengar.
Padahal, ditunjuknya anak-anak muda di lingkungan Istana diharapkan membawa
manuver segar dan inovatif.
Oleh
karenanya, menurut Adi, sudah sepatutnya keberadaan stafsus milenial Jokowi
dievaluasi.
"Enggak
kelihatan kerja-kerja stafsus itu. Betul dugaan-dugaan publik itu bahwa stafsus
ini seperti pajangan," ucap Adi.
"Bagi
saya juga layak untuk dievaluasi. Jangan hanya milenial enggak milenial, tapi
enggak ada kontribusinya," tutur dia.
Adi
melanjutkan, ada kemungkinan pernyataan Ketua Umum PDI-P,
Megawati Soekarnoputri, beberapa waktu lalu, yang mempertanyakan sumbangsih anak muda pada bangsa,
sebenarnya menyinggung anak-anak muda yang ada di lingkungan Istana.
Adi
menduga, sebenarnya Megawati berharap Jokowi tak terlalu memanjakan milenial,
seperti stafsus yang banyak dipuji tetapi ternyata tak cukup menunjukkan
prestasi.
"Jangan-jangan
Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri) itu secara tidak langsung mau mengkritik
orang di sekitar Presiden, anak-anak muda penuh sanjung puji tapi mereka minim
prestasi, bahkan lebih banyak kontroversi pribadinya," kata dia.
Presiden
Joko Widodo memperkenalkan tujuh orang yang menjadi staf khususnya pada 21
November 2019. Ketujuh staf khusus itu berasal dari kalangan milenial.
Tujuh
stafsus tersebut, masing-masing,
CEO dan Founder
Creativepreneur, Putri
Indahsari Tanjung; pendiri Ruang Guru, Adamas
Belva Syah Devara; perumus Gerakan Sabang
Merauke, Ayu Kartika Dewi; kemudian pendiri Thisable
Enterprise sekaligus kader PKPI, Angkie Yudistia; pemuda Papua sekaligus peraih beasiswa
kuliah di Oxford, Gracia Billy Yosaphat Membrasar; mantan Ketua Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia, Aminuddin Ma'ruf; dan pendiri Lembaga Keuangan Amartha, Andi Taufan Garuda. [dhn]