WAHANANEWS.CO, Jakarta - Dwi Andreas Santosa, Guru Besar dari Institut Pertanian Bogor (IPB), mengimbau agar pemerintah tidak buru-buru mengekspor beras ke Malaysia tahun ini.
Menurutnya, terdapat sejumlah aspek penting yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan tersebut.
Baca Juga:
Terima Wakil PM Malaysia, Prabowo Nostalgia Hingga Bahas Isu Gaza
Salah satunya adalah harga beras premium di pasar internasional yang saat ini menurun drastis, yakni sekitar Rp6.500 per kilogram.
Sementara itu, biaya produksi dalam negeri untuk beras premium bisa mencapai Rp14.000 per kilogram.
“Jika pemerintah menjual beras premium ke Malaysia dengan harga mengikuti harga beras dunia atau sedikit lebih tinggi, rugi. Jadi hitungan gimana kalau mau ekspor beras sekarang,” ujarnya dikutip dari RRI, Kamis (29/5/2025).
Baca Juga:
Pertemuan Hangat Prabowo dan Wakil PM Malaysia: Kawan Lama dari Masa Muda
Ia juga menyoroti potensi defisit produksi beras dalam negeri pada paruh kedua tahun ini, yaitu dari Juli hingga Desember.
Sementara kebutuhan konsumsi beras masyarakat Indonesia rata-rata sekitar 2,5 juta ton per bulan.
Meski Indonesia telah mengekspor beras ke beberapa negara seperti Korea Selatan, Dwi menjelaskan bahwa ekspor tersebut hanya mencakup beras khusus dan organik.