WahanaNews.co | Pengembangan jet tempur tentunya akan selalu menjadi sebuah proyek yang cukup ambisius bagi setiap pihak, khususnya negara yang terlibat di dalamnya.
Di era modern ini, dominasi produksi jet-jet tempur masih didominasi oleh buatan Amerika Serikat (AS) maupun Rusia dan pemain baru dalam produsen alutsista tempur unggulan yakni China.
Baca Juga:
Israel-Iran di Ambang Perang, AS kirim Jet Tempur F-22 ke Timur Tengah
Kemandirian industri pertahanan terutama industri jet tempur tentunya menjadikan sebuah bukti bahwa negara tersebut mampu dalam mendukung dunia militer, khususnya mendukung pertahanan militer negara itu sendiri.
Hal inilah yang membuat beberapa negara lain juga mulai mengembangkan jet-jet tempurnya sendiri, karena selain dapat mendukung kemandirian militer juga dapat menjadi ladang keuntungan apabila barang hasil industri militernya tersebut dapat sukses di pasar ekspor alutsista.
Tentunya beragam hal tersebutlah yang membuat Indonesia yang kini sedang mengembangkan proyek jet tempur masa depan yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Proyek jet ini bernama KF-X/IF-X atau yang kini telah memiliki nama resmi di Korea Selatan sebagai KF-21 Boromae.
Baca Juga:
KBRI Korea Selatan: Dua WNI Terlibat Kasus Jet Tempur KF-21 Boramae
1. Proyek Bersama Industri Pertahanan Indonesia Dengan Korea Selatan
Pada tahun 2010, Indonesia ikut serta dalam pengembangan jet tempur masa depan dengan pihak Korea Aerospace Industry. Awalnya ada 3 negara yang memiliki keingingan berpartisipasi dengan proyek yang terbilang cukup ambisius tersebut, yakni Korea Selatan, Turki dan Indonesia.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu hanya Korea Selatan dan Indonesia saja yang melakukan penandatanganan kerja sama, sedangkan pihak Turki menarik diri dan memilih mengembangkan jet tempurnya sendiri yang memiliki kode TF-X.
Jet tempur dari proyek KF-X tersebut telah sukses terbang perdana pada tahun 2022 ini dan direncanakan akan mulai siap diproduksi massal setelah beragam pengembangan antara tahun 2028 hingga tahun 2030. Tentunya proyek jet tempur ini tidak hanya menjadi sorotan di Korea Selatan, namun juga menjadi sorotan dalam dunia pengembangan industri militer di Indonesia.
2. Rancangan Spesifikasi Jet Tempur KF-X
Jet tempur ini akan diklasifikasikan dalam jet tempur generasi 4.5 atau 4+ untuk block 1 atau varian pertama. Namun, untuk pengembangan block selanjutnya akan diproyeksikan memakai teknologis siluman (stealth) yang dengan kata lain menjadi jet tempur generasi ke-5.
Pengembangan jet tempur ini juga melibatkan beberapa industri manufaktur pertahanan dari Amerika Serikat untuk kegiatan transfer of technology (ToT).
Spesifikasi jet tempur ini sendiri direncanakan akan menjadi jet dengan kemampuan multirole yang diawaki oleh 1-2 orang. Dilansir dari wikipedia.com, jet tempur ini direncanakan akan memakai sepasang mesin General Electric F414-GE-400K afterburning turbofan.
Mesin tersebut kemungkinan dapat membuat jet tempur ini terbang dengan kemampuan maksimal mach 1.81 dan memiliki radius tempur sekitar 2.900 km. untuk sistem persenjataannya sendiri belum ada info lebih lanjut, akan tetapi apabila jet tempur ini akan diproyeksikan sebagai jet tempur generasi 4.5 dan generasi 5, tentunya akan memiiliki ruang penyimpanan munisi internal.
3. Pasang-Surut Kerjasama dan Transfer Teknologi Dengan Pihak Korea Selatan
Proyek jet tempur masa depan Indonesia ini tidak lepas dari beragam dilema dan pasang-surut. Hal utama yang menjadi kendala dalam proyek kerjasama ini adalah masalah pembiayaan.
Seperti yang dikutip dari Flight Global, pihak Indonesia sempat menunda kesepakatan pembayaran yakni 20 % dari kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini terkait mengenai beberapa alih teknologi yang dirasa kurang memuaskan pihak Indonesia.
Namun, pada tahun 2021 Kementerian Pertahanan Indonesia menyatakan masih tetap berminat dengan proyek jet tempur yang di Indonesia dikenal dengan kode IF-X tersebut. Hal ini membuat Indonesia akan melakukan pelunasan pembayaran kerjasama secara bertahapan kepada pihak Korea Selatan.
Akan tetapi, pada tahun 2022 ini proyek yang bisa dibilang sangat ambisius oleh beberapa pengamat di Indonesia tersebut kembali mengalami pasang-surut karena belum adanya kesepakatan dalam pembayaran dan alih teknologi atau ToT.
Tentunya ToT sangat penting dalam pengembangan industri pertahanan apabila diarahkan pada kemandirian sebuah negara. [ast]