WahanaNews.co | Kementerian Pertanian RI mengajak seluruh insan pertanian untuk memiliki sense of crisis di saat kondisi seperti ini.
Ajakan ini akan disampaikan dalam kegiatan Training of Trainer (TOT) bertema "Solusi Pupuk Mahal" pada 26 hingga 28 Oktober mendatang.
Baca Juga:
Produksi Telur Nasional Surplus, Kementan Sebut Peluang Ekspor ke Negara Sahabat
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan situasi secara global saat ini telah mempengaruhi kondisi di tanah air.
“Dampaknya adalah meningkatnya harga-harga komoditas, termasuk juga pupuk. Inilah yang harus sama-sama kita antisipasi dan sikapi dengan sebaik mungkin,” katanya.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, saat Sosialisasi ToT bertajuk 'Solusi Pupuk Mahal` melalui aplikasi Zoom, Selasa (18/10) menyatakan saat ini dunia sedang menghadapi ketidakpastian.
Baca Juga:
Kementan Pastikan Pengendalian PMK Tetap Optimal Jelang Idulfitri
“Saat ini kita menghadapi kondisi yang penuh dengan VUCA atau volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity. Yaitu, kondisi yang bersifat cepat berubah, tidak pasti, semakin kompleks/rumit dan gamang,” katanya.
Menurut Dedi Nursyamsi ada empat hal yang turut mempengaruhi kondisi tersebut. "Kondisi ini secara umum dipengaruhi oleh empat hal utama, yaitu berakhirnya pandemi Covid-19, perubahan iklim, Perang Rusia dan Ukraina serta degradasi lahan pertanian," ujar Dedi.
Dalam kondisi inilah, menurut Dedi, insan pertanian harus memiliki sense of crisis.“Menanggapi kondisi ini, kita harus memiliki sense of crisis atau kesadaran akan krisis dengan segala resiko yang di depan mata. Risiko yang paling dahsyat dampaknya adalah kekurangan pangan,” terangnya.