“Topik swasembada pangan, energi, air ini sangat fundamental dan berkaitan dengan asta cita, dorongan dari Pak Presiden. Karena kalau masyarakat kita tidak bisa makan, tidak bisa minum dengan baik, atau kekurangan energi, maka pembahasan soal energi transisi dan net zero menjadi kurang bermakna,” ungkap Deputi Rachmat.
Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat dalam transisi menuju energi bersih.
Baca Juga:
PLN Kukuhkan Peran Sentral dalam Transisi Energi Lewat Apresiasi IBEA
Meski lebih dari 80 persen energi nasional saat ini masih bergantung pada sumber fosil, pemerintah terus menunjukkan komitmen melalui kebijakan dan pembangunan energi terbarukan.
Salah satunya, melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru yang menargetkan tambahan kapasitas listrik 69,5 GW, dengan 75 persen berasal dari sumber non-emisi seperti energi terbarukan dan baterai.
“Disebut on the right track, yes kita sudah berada di track yang benar, tetapi perjalanan kita memang masih panjang. Kalau yang dulu itu 80 persen fosil, kali ini 75 persen itu renewable atau battery, jadi enggak ada emisinya. Hanya 25% yang fosil, sekitar 10 persen batu bara dan 15 persen gas. Jadi ini komitmen Indonesia yang kita laksanakan,” jelasnya.
Baca Juga:
Lebih Dukung Energi Bersih, ALPERKLINAS Apresiasi Emiten TOBA Lepas Pembangkit Batu Bara, Garap Proyek EBT 370 MW
Selain itu, pemerintah juga terus memperluas elektrifikasi transportasi publik termasuk pengembangan LRT, MRT, dan Transjakarta serta mendorong penggunaan kendaraan listrik pribadi yang kini semakin terjangkau dan efisien secara biaya operasional.
Menutup pernyataannya, Rachmat menekankan bahwa ISF 2025 merupakan platform strategis untuk menyatukan berbagai sektor dalam mempercepat transisi menuju pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan.
“Pilihan-pilihan ini sudah mulai tersedia di Indonesia. Yang perlu kita pikirkan bersama pemerintah adalah bagaimana mendorong momentum ini agar tumbuh lebih cepat, dan sebisa mungkin menggunakan produksi dalam negeri. Kita butuh jobs di Indonesia. Jangan sampai kita tadinya impor BBM, tapi jadi impor solar panel atau mobil listrik. Jadi memang fundamentalnya kita perkuat dulu. Forum ini menjadi ruang untuk memastikan komitmen itu berjalan terus dan menjadi aksi nyata,” pungkasnya.