Kondisi ini menuntut kesiapan fisik yang luar biasa dari para jamaah, terutama lansia dengan riwayat penyakit penyerta.
“Suhu setinggi ini sangat berat bagi jamaah lansia, apalagi yang memiliki komorbid seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan jantung,” ujar dr. M. Imron, Kepala Bidang Kesehatan di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah.
Baca Juga:
36 Calon Haji Non Prosedural Gagal Berangkat karena Gunakan Visa Kerja
Ia mengimbau agar jamaah tidak memaksakan diri melakukan ibadah sunnah, seperti melengkapi salat arba’in di Masjid Nabawi, dan lebih mengutamakan kesehatan menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
“Jangan sampai ibadah jadi bumerang. Ibadah yang utama adalah yang dilakukan dengan sehat dan aman, bukan dengan memaksakan diri,” tegas dr. Imron.
Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, KKHI Madinah telah memperkuat sistem layanan kesehatan.
Baca Juga:
KJRI Gagalkan Aksi Nekat Puluhan WNI Berhaji Tanpa Visa Resmi di Jeddah
Mereka menyediakan unit gawat darurat, ruang observasi, fasilitas rawat inap, serta penanganan khusus untuk jemaah dengan gangguan kognitif seperti demensia. Tim dokter spesialis juga aktif melakukan kunjungan lapangan dan deteksi dini.
Dr. Imron juga memberikan serangkaian saran praktis bagi jemaah: “Minumlah air setiap jam, gunakan topi, kacamata hitam, masker, dan semprotan air. Jangan lupa istirahat yang cukup dan hindari berjalan jauh tanpa pengawasan.”
Ia menegaskan bahwa keselamatan adalah prioritas utama.