Lalu, mereka menanamkan sikap antipemimpin atau pemerintahan yang sah.
"Dengan sikap membenci dan membangun ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintahan maupun negara melalui propaganda fitnah, adu domba, hate speech, dan sebaran hoaks," jelas dia.
Baca Juga:
Upaya Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Papua Barat Daya, Ini Peran Kesbangpol dan FKPT
Keempat, para penceramah itu memiliki sikap eksklusif terhadap lingkungannya. Mereka dinilai bersikap intoleransi terhadap perbedaan.
Lalu terakhir, kata NURWAKHID, "mereka biasanya berpandangan anti budaya atau kearifan lokal keagamaan. Nurwakhid meminta agar masyarakat tak mencirikan penceramah dengan hanya pada berpatok pada penampilannya. Melihat persoalan keagamaan yang selalu dibenturkan dengan wawasan kebangsaan, kebudayaan dan keragaman," jelas dia.
Kelompok radikal, kata dia, bertujuan untuk menghancurkan Indonesia melalui berbagai strategi dan doktrin yang ditanamkan ke tengah masyarakat.
Baca Juga:
Tangkal Paham Radikal dan Teroris, BNPT Bentuk FKPT di Papua Barat Daya
Biasanya, mereka melakukan strategi dengan menghilangkan dan menyesatkan sejarah bangsa Indonesia.
Lalu menghancurkan budaya lokal, hingga mengadu domba anak bangsa dengan pandangan intoleransi dan isu SARA.
BNPT beranggapan, cara itu dilakukan untuk membenturkan agama dengan nasionalisme dan kebudayaan luhur bangsa.